Kisah Pilu ‘Tragedi Kanigoro’, Sisa-Sisa Kisah Kelam G30S PKI di Kediri Raya

- 29 September 2020, 19:55 WIB
G30S/PKI
G30S/PKI /Portal Jember/

LINGKAR MADIUN- Ada yang menarik dalam sejarah pemberontakan G30S PKI di Kediri Raya.

Sebuah sejarah tidak dapat dibedakan secara hitam atau putih saja. Sebuah sejarah cenderung abu-abu. Tidak ada garis pemisah secara jelas antara salah dan benar.

Ada berbagai kisah soal sejarah mengenai peristiwa Gerakan 30 September.

Seperti pada Peristiwa Kanigoro di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Baca Juga: Survei BPS Mencatat Warga Pecaya Tidak Tertular Covid-19, BPS: Terus Beri Pemahaman Covid-19

Baca Juga: Belum Dapat Bantuan Kuota Internet Gratis dari Kemendikbud, Lakukan Langkah Ini!

Lokasi tepatnya ada di Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Kanigoro terkenal sebagai basis dari PKI di Kota Kediri.

Baca Juga: Survei BPS Mencatat Warga Pecaya Tidak Tertular Covid-19, BPS: Terus Beri Pemahaman Covid-19

Baca Juga: Belum Dapat Bantuan Kuota Internet Gratis dari Kemendikbud, Lakukan Langkah Ini!

"Kami sudah berusaha mencoba melupakannya, tapi tragedi itu tetap saja tak bisa sirna dari ingatan masa lalu yang kelam itu," kata Akhyar, salah seorang saksi mata Tragedi Kanigoro saat ditemui di MTs Negeri Kanigoro.

Tragedi yang terjadi pada 19 Januari 1965 masih terekam jelas dalam ingatannya.

Ia merupakan tenaga pesuruh di Madrasah Tsanawiyah Negeri tertua di Kediri.

Peristiwa Kanigoro meletus di awal era yang disebut Bung Karno sebagai tahun vivere pericoloso (menyerempet bahaya) 1965.

Baca Juga: Survei BPS Mencatat Warga Pecaya Tidak Tertular Covid-19, BPS: Terus Beri Pemahaman Covid-19

Baca Juga: Belum Dapat Bantuan Kuota Internet Gratis dari Kemendikbud, Lakukan Langkah Ini!

Ketika itu, sekitar 100 orang PII (Pelajar Islam Indonesia) dari seluruh daerah di Jawa Timur yang sedang mengikuti rapat bersama di Masjid At-Taqwa usai salat subuh. Tiba-tiba datang segerombolan orang berpakaian hitam-hitam menyerang mereka.

PII merupakan organisasi yang berhubungan erat dengan Partai Masyumi. Sejak 1960, status Masyumi tergolong partai terlarang

Anis Abiyoso dan Ahmadun Yosi Herfanda menulis buku berjudul Teror Subuh di Kanigoro (1995).

Baca Juga: Survei BPS Mencatat Warga Pecaya Tidak Tertular Covid-19, BPS: Terus Beri Pemahaman Covid-19

Baca Juga: Belum Dapat Bantuan Kuota Internet Gratis dari Kemendikbud, Lakukan Langkah Ini!

Dalam buku ini diceritakan bagaimana kondisi penggrudukan disertai dengan membawa senjata tajam. Mereka juga meneriakkan "Bunuh..bunuuh...Ganyang!"

Rupanya, PII sedang diserbu oleh gerombolan dari BTI dan Pemuda Rakyat. Mereka ingin membalaskan dendam peristiwa yang terjadi di Madiun lalu.

Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU di Kediri mendengar hal itu dan bersiap. Gus Maksum, putra K.H. Jauhari memimpin penyerbuan balasan ke Kanigoro.

Baca Juga: Survei BPS Mencatat Warga Pecaya Tidak Tertular Covid-19, BPS: Terus Beri Pemahaman Covid-19

Baca Juga: Belum Dapat Bantuan Kuota Internet Gratis dari Kemendikbud, Lakukan Langkah Ini!

Mereka menyerang BTI dan Pemuda Rakyat yang sudah melakukan penggerudukan.

Pada 1 Februari 1965, rapat akbar digelar ratusan anggota PII. Rapat dilanjutkan dengan pelemparan kantor PKI, yang merupakan induk dari Pemuda Rakyat dan BTI.

Disclaimer: Artikel ini hanya sekadar informasi bagi pembaca. Lingkar Madiun tidak bertanggungjawab atas copyrights sumber berita. Hal yang berkaitan dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab sumber aslinya.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Lingkar Kediri PRMN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x