Rekomendasi Destinasi Wisata Religi di Madiun, Cocok Untuk Mengenal Sejarah Kota

5 Desember 2020, 22:11 WIB
Masjid Kuno Kuncen salah satu bangunan bersejarah di kota Madiun /Disbudparpora Madiun

 

LINGKAR MADIUN - Bukan Kota Karismatik jika tak memiliki pilihan destinasi wisata yang beragam. Mulai dari wisata alam, kuliner, budaya sampai wisata religi ada semua dalam satu kota.

Sejarah panjang terbentuknya Kota Madiun inilah, yang menjadikan kota yang berada di ujung barat Jawa Timur ini, memiliki warisan budaya yang beragam. 

Berikut daftar tempat wisata religi di Kota Madiun yang selain sebagai tempat peribadatan umat beragama, juga bisa menjadi referensi untuk menambah wasasan  sejarah.

Baca Juga: Jelang Pilkada, Bawaslu Bali Cegah Pelaksanaan Politik Uang

Baca Juga: WHO: Dunia Bisa Mulai Impikan Akhir Pandemi COVID-19

 

MASJID KUNCEN

Masjid Kuno Kuncen atau Masjid Nur Hidayatulloh adalah masjid tertua yang ada di kelurahan Kuncen, kota Madiun, Provinsi Jawa Timur. Masjid ini mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi, selain karena bangunan masjid serta artefaknya, juga terdapat peninggalan-peninggalan kerajaan terdahulu, terdapat makam para bupati Madiun, terdapat Sendang dan pohon besar yang merupakan asal usul Kota Madiun.

Masjid yang kini biasa disebut sebagai Masjid Nur Hidayatulloh ini merupakan masjid tertua yang jadi saksi berdirinya Kota Madiun. Tempat ibadah yang masih difungsikan sampai sekarang ini, memiliki nilai sejarah yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari ornamen yang melekat di masjid.

Di Masjid ini terdapat sendang (tempat pemandian) dan pohon besar yang merupakan asal usul Kabupaten/Kota Madiun. Selain itu juga terdapat beberapa makam para bupati dan makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno atau biasa disebut Ki Ageng Ronggo yang memiliki julukan Pangeran Timur yang memerintah wilayah Madiun pada tahun 1568 – 1586.

KLENTENG HWIE ING KIONG

Residen juga memberikan kemudahan mendapatkan sebidang tanah seluas kurang lebih 10.000 meter persegi di lokasi sekarang. Pembangunan klenteng ini memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar sepuluh tahun. Itu sesuai dengan yang tertulis dalam prasasti. Pembangunan dimulai 1887 dan selesai 1897 maka berdirilah Klenteng Ma Co Po Thian Siang Seng Boo dengan nama Hwie Ing Kiong.

Bangunan utama Hwie Ing Kiong bergaya khas Tiongkok. Konon arsitek dan tenaga kerjanya didatangkan langsung dari Fujian, Tiongkok. Begitu juga ubin merah yang terpasang pada bangunan utama dibawa langsung dari Tiongkok dan sampai sekarang masih dipertahankan keutuhannya. Selain itu Residen juga menghadiahkan keramik khas negeri Belanda yang sampai sekarang masih terpasang di meja utama altar Ma Zu sebagai pengingat jasa.

 Baca Juga: Gajian Sudah Tiba? Promo Bombastis Menanti di Shopee Gajian Sale!

 

Klenteng yang sekarang berada di Jalan Cokroaminoto ini, pada awalnya berada di sebelah timur sungai Madiun (samping jembatan Madiun). Masyarakat Tionghoa di Kota Madiun menjalankan tradisi leluhur bersembahyang di kuil tersebut. Sampai pada suatu ketika terjadi suatu kejadian yang menyebabkan bangunan harus berpindah di lokasi yang sekarang. Bangunan utama Hwie Ing Kiong ini bergaya khas Tiongkok. Konon arsitek dan tenaga kerjanya didatangkan langsung dari Fujian.

Baca Juga: Perlu Dicatat, Inilah 10 Waktu Terbaik untuk Berdoa agar Segera Diijabah Allah SWT

 

GEREJA SANTO CORNELIUS

Rumah peribadatan umat Katolik di Kota Madiun ini sudah berdiri ratusan tahun silam. Bangunan diprediksi sejak 1899. Hal ini menjadi lumrah karena Madiun merupakan salah satu kota dj Jawa Timur yang sejak lama menjadi tempat bagi komunitas pemeluk Katolik. Kota ini merupakan bagian dari stasi baru yang dibentuk di Ambarawa, Jawa Tengah. Daerah pelayanannya meliputi Pacitan, Ngawi, Ponorogo dan Magetan.

MASJID KUNO TAMAN

Nama lain dari masjid ini adalah Masjid Donopuro atau Masjid Besar Kuno Madiun.  ini dibangun oleh Kiai Ageng Misbach atau Kiai Donopuro tahun 1754. Masjid yang semula bernama Masjid Donopuro ini didirikan di tanah perdikan (daerah bebas pajak) Kerajaan Mataram.

Wilayah ini diberikan kepada Kanjeng Pangeran Rangga Prawirodirjo I yang saat itu menjabat bupati wedana timur (Manca Negari Timur), Kerajaan Mataram di sebelah timur Gunung Lawu. Selanjutnya, tanah perdikan itu diserahkan kepada Kanjeng Raden Ngabehi Kiai Ageng Misbach yang saat itu menjadi penasihat Kanjeng Pengeran Rangga Prawirodirjo I.

Melalui masjid ini, syiar agama Islam di wilayah Karesidenan Madiun terjadi. Setelah masjid kuno yang dikelilingi makam para mantan bupati Madiun ini masuk dalam daftar peninggalan cagar budaya tahun 1981, maka namanya pun diganti menjadi Masjid Besar Kuno Madiun. Tempat yang satu ini bisa dikunjungi sebagai wisata ziarah. Makam dan masjid ini terletak di Kecamatan Taman.

Masijd dan bangunan utamanya terbuat dari kayu jati dengan ukuran yang cukup besar. Semula Masjid ini bernama Masjid Donopuro. Didirikan di tanah perdikan dari Kerajaan Mataram yang diberikan kepada Kanjeng Pangeran Ronggo Prawirodirjo I. Pangeran Ronggo Prawirodirjo I merupakan Bupati Wedono Timur (Monco Negari Timur) Kerajaan Mataram Bagian Timur Gunung Lawu.***

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Sumber: Disbudparpora Madiun

Tags

Terkini

Terpopuler