5 Tradisi Unik Perayaan Maulid Nabi di Daerah Pulau Jawa

29 Oktober 2020, 15:58 WIB
Ilustrasi Grebeg Maulud di Jogja /- Foto : Portal Jogja/Bagus Kurniawan

 

LINGKAR MADIUN - Setiap daerah mempunyai cara unik dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagai wujud rasa cinta umat Islam kepada sang Nabi. Tak sedikit bahkan acara-acara ini dalam sejarahnya juga menjadi salah satu media penyebaran agama Islam di Indonesia.

Pada ulasan kali ini Tim Lingkar Madiun telah merangkum tradisi memperingati Maulid Nabi yang sudah membudaya di daerah-daerah yang tersebar  wilayah pulau Jawa. Apa saja? Yuk simak selengkapnya.

Baca Juga: Telah Hina Islam, Menteri Agama Dukung Kemenlu Kecam Emmanuel Macron

1. Grebeg Maulud (Yogyakarta) 

Tradisi Grebeg Maulud ini biasanya diadakan di lingkungan Keraton Yogyakarta, setiap bulan Rabiul Awal  yang merupakan upacara untuk memeperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sekaten atau acara pasar malam yang terkenal itu adalah salah satu rangkaian acaranya.

Dalam sejarahnya Grebeg Maulud digagas oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I yang tujuan awalnya untuk menyebarkan agama Islam.

Pada prosesinya disediakan sebanyak tujuh gunungan besar (makanan atau hasil bumi yang ditumpuk mengerucut menyerupai gunung) sebagai simbol kemakmuran keraton, untuk dibagikan kepada rakyat.Tumpeng-tumpeng itu kemudian diarak dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gede Kauman untuk didoakan.

Grebeg Maulud dilanjutkan dengan dibunyikannya dua perangkat gamelan sekaten milik Keraton selama 7 hari. Acara puncaknya adalah pembacaan Risalah Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Pengulu Keraton.

 Baca Juga: Kenalan dengan 4 Model Kamera Depan Smartphone Zaman Now

 2. Kirab Ampyang (Kudus) 

Kirab Ampyang sebuah tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilakukan di Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah.

Seperti Grebeg Maulud di Jogja, pada awalnya kegiatan ini juga menjadi media penyiaran agama Islam di wilayah desa tersebut. Tradisi itu dilakukan oleh Ratu Kalinyamat dan suaminya, Sultan Hadirin.

Tradisi ini digelar dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan krupuk yang diarak keliling desa sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di desa setempat.

Puncak acara ampyang ketika warga berebut nasi kepel yang dibungkus daun jati. Lauk berupa ikan bandeng, telur, dan daging kerbau dibungkus daun pisang.

Untuk diketahui, Ampyang adalah sejenis kerupuk. Konon dulu ampyang merupakan kerupuk berwarna-warni yang disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti masjid, mushala, atau bahkan rumah adat Kudus.

Baca Juga: Diingatkan KPK Terkait 15 Sepeda Lipat, Moeldoko: Tidak Untuk Jokowi

3. Muludhen (Madura) 

Saat Maulid tiba, warga di Madura, Jawa Timur, akan pergi ke masjid dengan membawa tumpeng.Di sekeliling tumpeng tersebut dipenuhi beragam buah yang ditusuk dengan lidi dan dilekatkan kepada tumpeng.

Tepat pada 12 Rabiul Awal, masyarakat akan berduyun-duyun datang ke masjid  Acara ini biasanya diisi dengan pembacaan barzanji (riwayat hidup Nabi) dan sedikit selingan ceramah keagamaan yang menceritakan perjuangan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya sebagai teladan hidup.

 Baca Juga: Cara Baru Bayar QRIS, Unggah QRIS ke ShopeePay Dari Galeri Ponsel

4.Angkaan Bherkat (Bawean, Gresik) 

Angkaan Bherkat Istilah ini hanya ditemukan di pulau Bawean, Sebuah tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, biasanya setiap Rabiul Awwal masyarakat Bawean diharuskan mengisi bermacam-macam makanan, nasi, lauk pauk, buah-buahan bahkan peralatan dapur ke dalam sebuah ember.

Uniknya setiap ember yang sudah diisi makanan akan diberi pagar kecil dari bambu bagian pinggirnya yang memanjang ke atas. Dan umumnya di ujung pagar bambu tersebut ditusukkan telor bulat sebagai hiasan. Kemudian pagar bambu juga diikat dengan tali rafia dan dihiasi dengan kertas kado.Angkaan ini nantinya akan dibawa ke masjid untuk dipajang sementara di pelataran masjid sembari menunggu acara Diba',

Dalam acaranya ada Diba'(pembacaan sholawat), doa dan ceramah agama.Setelah semua selesai diikuti, barulah angkaan tersebut dibagikan kembali kepada masing-masing peserta dengan catatan angkaan yang dibagikan ditukar dengan angkaan peserta lainnya.

Baca Juga: Game Online Dinilai Melalaikan, Aceh Akan Terapkan Hukuman Cambuk

5. Panjang Jimat (Cirebon)

Panjang Jimat merupakan tradisi yang dilakukan di Keraton Cirebon dalam memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi Panjang jimat dilakukan tiap malam 12 Rabiul awal .

Dari segi istilah panjang jimat memiliki makna tersendiri, Panjang yang artinya lestari dan Jimat yang berarti pusaka. Jadi, secara etimologi, panjang jimat berarti upaya untuk melestarikan pusaka paling berharga milik umat Islam selaku umat Nabi Muhammad yaitu dua kalimat syahadat.

Baca Juga: Banyak yang Tidak Tahu, Ternyata Kopi Dapat Turunkan Berat Badan. Simak Info Lengkapnya di Sini

Seperti tradisi Maulid di daerah lain, Panjang Jimat dalam prosesinya juga mengarak makanan, yakni barisan orang yang mengarak nasi tujuh rupa atau nasi jimat dari Bangsal Jinem yang merupakan tempat sultan bertahta ke masjid atau mushala keraton.

Sebelum Panjang Jimat, biasanya diawali serangkaian kegiatan di antaranya Siraman Panjang atau pencucian alat makan seperti piring, mangkuk, hingga guci dan senjata kuno yang akan digunakan kala Panjang Jimat.  

Adapun dalam acara tersebut dilakukan pembacaan sholawat, dzikir, doa, dan pembacaan Kitab Barzanji.***

 



 

 

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Tags

Terkini

Terpopuler