Uji Coba Sekolah Tatap Muka, Berikut Catatan dari KPAI

21 November 2020, 07:00 WIB
Ilustrasi ujicoba sekolah tatap muka tingkat SMP kota Madiun /dok. Dindik Madiun/SMPN 9 Madiun

 

LINGKAR MADIUN - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) secara resmi telah memberikan kewenangan kepada pihak Pemerintah Daerah terkait perizinan dimulainya kembali sekolah tatap muka.

Menyikapi kabar tersebut Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI turut angkat bicara. Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti menyampaikan sejumlah catatan atas pembelajaran tatap muka (PTM).  Sedikitnya ada lima poin yang perlu diperhatikan.

“Pertama, daerahnya harus siap. Kedua, kesiapan pihak sekolah. Ketiga, kesiapan guru. Keempat, kesiapan orang tua. Dan kelima, kesiapan siswa. Selain itu juga kesiapan dukungan dana, baik dari pemda maupun orang tua siswa,” terang Retno saat melakukan supervisi di Kota Madiun tentang Adaptasi Kebiasaan Baru di sekolah tingkat SMP pada 19 November 2020.

Baca Juga: Inilah 3 Dampak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Pada Anak, Salah Satunya Dampak Psikososial

Menurut Retno, jika dilihat kondisi saat ini, secara umum memang sudah banyak sekolah yang bersiap untuk pembelajaran tatap muka. Akan tetapi belum bisa dibilang sangat siap. Sebab tetap perlu dilakukan pengecekan status kesehatan khususnya bagi para guru dan karyawan pihak sekolah melalui tes swab sebelum sekolah dibuka kembali.

Tes swab tersebut bukanlah tanpa alasan melainkan untuk memastikan sekolah tatap muka bisa berjalan dengan aman tanpa perlu khawatir klaster baru penyebaran covid.

Selain itu, penerapan jaga jarak di dalam kelas harus betul-betul dipraktekkan.

“Di dalam ruang kelas ataupun ruang guru, hendaknya ada pembatas plastik antara guru dengan siswa. Lalu untuk tempat ibadah di sekolah juga perlu diberi tanda silang sebagai pengaturan jarak,”tuturnya.

Baca Juga: CPNS 2021 Bisa Diakses Melalui SSCN.BKN.GO.ID Berikut Ini Syarat dan Dokumen yang Wajib Dipersiapkan

Tak berhenti sampai disitu, Retno juga menyarankan agar PTM jenjang SD hanya diikuti seperempat dari total siswa dalam satu kelas.

“Kita tahu anak-anak pasti kangen dengan teman-temannya, apalagi Anak SD lebih susah karena mereka mungkin akan spontan pelukan ketika ketemu teman kelasnya lagi, gandengan tangan, kursi yang disilang justru diduduki. Makanya untuk SD uji cobanya seperempat dulu dari total siswa,” jelas Retno.

Dalam hal ini Retno kembali mengingatkan bahwa pada adaptasi kebiasaan baru di sekolah yang paling penting adalah guru bisa menjadi role model untuk memberikan pemahaman pada siswa-siswi agar bisa disiplin protokol kesehatan di manapun berada.

Baca Juga: Staycation Lokal Asyik di Pendakian Puncak Tapak Bimo Madiun, Simak Rutenya

“Prinsipnya sekarang bagaimana anak bisa kita didik untuk sadar dan patuh dulu terhadap protokol kesehatan. Nah kalau mereka sudah patuh baru dinaikin jadi sepertiga lalu setengah jumlah siswanya. Karena mengajari anak SD itu harus berulang-ulang, dan guru juga harus bisa menjadi contoh,”ungkapnya.

Secara garis besar Retno mengaku setuju atas kembalinya sekolah tatap muka,karena dinilai bisa meringankan pikiran anak-anak di masa pandemi. Pasalnya dilihat dari catatan KPAI hingga saat ini terjatat ada empat siswa yang menjadi korban selama pembelajaran jarak jauh.

“Sejauh ini dari pantauan selama belajar daring cukup berdampak negatif khususnya pada 4 anak karena ketidakmampuannya mengelola emosi jadi akhirnya depresi. Hingga menyebabkan terjadinya kekerasan karena beban stres,”pungkasnya.***

 

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Tags

Terkini

Terpopuler