Baca Juga: Prihatin, Begini Kondisi Terkini Warga di Lereng Gunung Semeru Pasca Erupsi dan Turunnya Lahar
Yakni pemasangan Early Warning System (EWS) di lokasi yang berfungi untuk mendeteksi peringatan dini bencana.
Menurut Joko, alat yang terpasang hanyalah seismometer di Dusun Kamar A untuk memantau pergerakan air dari atas bagi para penambang.
"Alarm (EWS) tidak ada, hanya sismometer di daerah Dusun Kamar A. Itu pun untuk memantau pergerakan air dari atas agar bisa disampaikan ke penambang di bawah," kata Joko Sambang dari BPBD Lumajang..
Joko menjelaskan, sebelum letusan Gunung Semeru, seismometer menangkap getaran kenaikan debit air mencapai 24 amak.
Baca Juga: 3 Gunung Selain Semeru Diprediksi Akan Meletus, Ramalan Indigo dan Data BMKG Sesuai!
Sementara itu, aktivitas di puncak Gunung Semeru tidak terlihat karena tertutup kabut tebal.
Tidak ada informasi, minim peringatan, dan kurangnya edukasi bahaya lava panas juga menjadi penyebab warga terlambat menyelamatkan diri.
Parahnya lagi, saat terjadi guguran awan panas, sejumlah warga masih menyempatkan diri untuk menyaksikannya di lokasi pertambangan.
"Saat ada awan panas guguran di sungai, banyak orang yang malah melihat dan mengambil video. Karena masyarakat tidak paham bahaya awan panas dan bahaya lava dingin," katanya.