Terima Dana Bantuan Afghanistan, Taliban Ucapkan Terima Kasih dan Desak AS Untuk Buka Hati

15 September 2021, 15:15 WIB
Taliban Bantah Wakil Perdana Menteri Mullah Baradar Tewas, Berikut Fakta dan Penjelasannya/Reuters /Alexander Zemlianichenko/Reuters

LINGKAR MADIUNTaliban pada Selasa, 14 September 2021, berterima kasih kepada dunia karena menjanjikan ratusan juta dolar dalam bantuan darurat ke Afghanistan.

Taliban juga mendesak Amerika Serikat untuk menunjukkan ‘hati‘ kepada Afghanistan.

Sebuah konferensi donor di Jenewa pada hari Senin berakhir dengan janji bantuan US$1,2 miliar atau sekitar Rp17 triliun untuk Afghanistan.

Baca Juga: Ekstrimis Afghanistan Butuh Uang, Artefak dan Kepala Buddha Dijual Kepada Perancis dan Jepang

Afghanistan, yang sudah sangat bergantung pada bantuan, menghadapi krisis ekonomi, karena Taliban sebagai pemerintah baru belum mampu membayar gaji dan harga pangan melonjak.

Amir Khan Muttaqi, penjabat menteri luar negeri Taliban untuk Afghanistan, mengatakan pada konferensi pers bahwa Taliban akan membelanjakan uang bantuan dengan bijak dan menggunakannya untuk mengentaskan kemiskinan.

Baca Juga: Kebohongan Besar Dibalik Perang Kosong Tanpa Makna Amerika Serikat Saat Melawan Afghanistan dan Irak

"Kami berterima kasih pada dunia atas bantuan sekitar satu miliar dolar dan meminta mereka untuk melanjutkan bantuan mereka ke Afghanistan," kata Muttaqi.

"Imarah Islam (Islamic Emirates) akan mencoba yang terbaik untuk memberikan bantuan ini kepada orang-orang yang membutuhkan (di Afghanistan) dengan cara yang benar-benar transparan, " ujar Muttaqi.

Dilansir LINGKAR MADIUN dari CNA, Muttaqi juga meminta Amerika Serikat untuk memberikan apresiasi kepada Taliban, karena Taliban masih berbelas hati mengizinkan militer AS menyelesaikan penarikan pasukannya dan evakuasi lebih dari 120.000 orang pada Agustus lalu.

Baca Juga: Taliban Tidak Izinkan Wanita Afghanistan Bekerja, Hashimi: Kami Telah Berjuang 40 Tahun Membawa Sistem Ini

"Amerika adalah negara besar, mereka harus memiliki hati yang besar," ujar Muttaqi.

Muttaqi mengatakan Afghanistan, yang juga menghadapi kekeringan, telah menerima bantuan dari negara-negara seperti Pakistan, Qatar dan Uzbekistan, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Muttaqi mengatakan pejabat Taliban telah mengadakan diskusi dengan duta besar China tentang vaksin virus corona dan penyebab kemanusiaan lainnya.

Baca Juga: Kendalikan Sektor Pendidikan, Taliban Izinkan Wanita Afghanistan Sekolah Asalkan Patuhi Kewajiban Ini

Muttaqi pun membocorkan bahwa China menjanjikan bantuan US$15 juta atau sekitar Rp213 milyar yang akan diberikan segera ke Taliban.

Sejak pengambilalihan Taliban, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional telah menghentikan akses Afghanistan ke pendanaan, sementara Amerika Serikat juga telah membekukan uang tunai yang disimpan dalam cadangannya untuk Kabul.

Baca Juga: Kuasai Kedutaan Norwegia di Kabul, Taliban Langsung Hancurkan Botol-botol Anggur dan Buku Anak-anak

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan pada hari Senin bahwa bantuan dapat digunakan sebagai pengaruh untuk memperbaiki hak asasi manusia di Afghanistan.

Dunia khawatir akan kembalinya pemerintahan brutal yang menjadi ciri rezim Taliban pertama dari tahun 1996 hingga 2001.

"Tidak mungkin memberikan bantuan kemanusiaan di Afghanistan tanpa melibatkan otoritas de facto," kata Sekjen PBB kepada para menteri yang menghadiri pembicaraan Jenewa.

Baca Juga: PBB Ungkap Masalah Global Selain Pandemi, Bisa Sebabkan Manusia Punah?

"Sangat penting untuk terlibat dengan Taliban pada saat ini," ujar Sekjen PBB tersebut.

Taliban telah berjanji untuk menjadi pemerintah melunak kali ini, tapi tetap saja rakyat Afghanistan masih trauma dengan kepemimpinannya di masa lalu.

Taliban terbukti melakukan kekerasan dalam mempertahankan pendapat, termasuk menembak ke udara untuk membubarkan demo protes oleh para wanita yang menyerukan hak atas pendidikan dan pekerjaan.

Baca Juga: Kebohongan Besar Dibalik Perang Kosong Tanpa Makna Amerika Serikat Saat Melawan Afghanistan dan Irak

Warga Afghanistan terpaksa menjual barang-barang rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Hal ini menjadikan pasar barang bekas menjamur di sebagian besar pusat kota.

Pada hari Selasa, 14 Saptember 2021, ratusan pengunjuk rasa di selatan kota Kandahar,  tempat kelahiran spiritual Taliban, memprotes rencana penguasa baru.

Beberapa wartawan yang meliput jalannya protes bahkan mengatakan mereka dilecehkan dan dipukuli oleh penjaga Taliban di sepanjang rute.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Tags

Terkini

Terpopuler