LINGKAR MADIUN - Kasus COVID-19 di Filipina belum menunjukkan tanda-tanda positif dan hal tersebut membuat para perawat di Filipina merasa sangat kelelahan.
Perawat yang kelelahan di Filipina berjuang untuk merawat pasien karena rekan kerja tertular COVID-19 atau berhenti dari profesi yang sangat kekurangan staf, bahkan sebelum pandemi.
Filipina saat ini mengalami rekor peningkatan infeksi yang didorong oleh varian Delta.
Menurut laporan departemen kesehatan negara tersebut, saat ini dibutuhkan 100.000 perawat.
Penyebab Filipina kekurangan perawat karena jam kerjanya yang sangat lama, namun upah yang diterima sangat kecil, serta dikontrak jangka pendek.
Dilansir dari AFP pada 19 September 2021, kontrak jangka pendek dengan gaji yang kecil tersebut dianggap sangat tidak manusiawi, apalagi dengan durasi kerja yang panjang.
"Mereka lelah dan kelelahan," kata Lourdes Banaga, direktur layanan keperawatan di Pusat Medis Lipa Medix di Provinsi Batangas, kepada AFP.
"Pada awal pandemi, kami memiliki hampir 200 perawat," tambahnya.
Angka resmi menunjukkan bahwa 75.000 perawat bekerja di rumah sakit umum dan swasta Filipina, tetapi sekitar 109.000 lagi dibutuhkan.
Baca Juga: Australia Batalkan Kerja Sama Kapal Selam, Dubes Prancis: Kesalahan Diplomatik yang Besar
"Pandemi telah memperburuk kekurangan perawat yang sudah ada sebelumnya," ungkap Maristela Abenojar selaku Presiden Filipino Nurses United.
"Kekurangan staf kronis adalah karena gaji yang tidak memadai," imbuhnya.
Berdasarkan data resmi, seorang perawat tingkat pemula di rumah sakit umum dapat memperoleh 33.575 peso atau sekitar Rp9,6 juta per bulan.
Tetapi Abenojar mengatakan bahwa sebagian besar menggunakan kontrak jangka pendek yang menghasilkan 22.000 peso atau sekitar Rp6,3 juta.
Sementara itu, para perawat yang bekerja di sektor swasta hanya menghasilkan 8.000 peso atau sekitar Rp2,3 juta.
Akibat murahnya upah yang diterima, sekitar 40 persen perawat di rumah sakit swasta telah mengundurkan diri sejak awal pandemi, menurut Asosiasi Rumah Sakit Swasta Filipina.
Baca Juga: Tak Disangka! PBB Rilis Video Lagu KPop BTS ‘Permission to Dance’ yang Syuting di Markas Besar PBB
"Kami tidak bisa mendapatkan perawat tambahan, kami tidak bisa memaksa mereka untuk melamar," kata Jose Rene de Grano dari Asosiasi Rumah Sakit Swasta.
Dalam beberapa pekan terakhir, petugas kesehatan memprotes tunjangan yang tidak dibayar, termasuk tunjangan risiko COVID-19.
Menurut Abenojar, masih banyak yang menunggu pencairan tunjangan tersebut.
Presiden Rodrigo Duterte telah meminta kesabaran para perawat, sementara pemerintah mencoba menghasilkan uang.
Baca Juga: Indonesia Beri Bantuan Kemanusiaan Sebesar USD 200.000 kepada Myanmar
Banyak rumah sakit di Filipina yang meningkatkan kapasitas tempat tidur mereka setelah lonjakan kasus COVID-19 di awal tahun ini.
Sebuah rumah sakit umum di kota Binan, dekat Manila, mengubah tempat parkir mobil menjadi bangsal.
"Banyak perawat kami sakit dan dikarantina," kata direktur medis Melbril Alonte kepada AFP.
"Kami merasa lelah, tetapi kami selalu ingat bahwa kami harus membantu orang-orang, karena tidak ada orang lain yang akan melakukannya," tambahnya.
Tetapi karena kekurangan perawat, beberapa fasilitas seperti Pusat Medis Lipa Medix harus memangkas kapasitas tempat tidur mereka, dan memperpanjang shift kerja para perawat.
Perawat Trixia Bautista mengatakan bahwa dia bekerja hingga 15 jam per shift, dan merawat sebagian besar pasien COVID-19 yang parah.
Baca Juga: Fatal, Ini Tanda-tanda Diabetes yang Sering Diabaikan Menurut Dokter Agus Rahmadi, Anda Wajib Tahu
Kadang-kadang, dia merawat 30 pasien sendirian setelah perawat di bangsalnya berhenti atau jatuh sakit.
"Secara fisik sangat melelahkan," ujar perawat Trixia Bautista tersebut.
"Tidak ada cukup orang untuk melayani semua pasien ini," tambahnya. ***