BMKG: Gempa Turki Dipicu Aktivitas Sesar Sisam di Laut Aegea

31 Oktober 2020, 10:13 WIB
gempa dan tsunami Turki sejumlah bangunan runtuh: Gempa yang berpusat di Laut Aegea telah mengguncang Turki dan Yunani hingga menewaskan 4 orang dan 120 korban lainnya luka-luka. //twitter/@PatilSushmit/

LINGKAR MADIUN- Badan Metereologo Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ikut menanggapi bahwa gempa Turki yang berkekuatan 7,0 magnitudo yang terjadi pada Jumat, 30 Oktober 2020 tersebut karena dipicu oleh aktivitas sesar sisam, di laut Aega.

BMKG menjelaskan bahwa gempa yang terjadi di Provinsi Izmir tersebut dipicu oleh aktivitas sesar sisam atau sesar fault yang telah dicatat oleh sejarah kerena terjadi beberapa kali gempa kuat di masa lalu.

"Sejarah gempa mencatat bahwa di sekitar Sesar Sisam sudah beberapa kali terjadi gempa kuat pada masa lalu seperti gempa tahun 1.904 berkekuatan 6,2 magnitudo dan gempa pada 1.992 berkekuatan 6,0," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta, Sabtu 31 Oktober 2020, dokutip dari Antara.

Baca Juga: Kasus Aktif Covid-19 Sebagian Besar Wilayah Indonesia di Bawah 100

Baca Juga: Belum Usai!KSP Klarifikasi 15 Sepeda Bukan Gratifikasi, KPK Ingatkan Sebagai Barang Milik Negara

Pada kesempatan itu pula, Daryono juga menjelaskan mengenai sesar sisam yang mana merupakan salah satu sesar aktif dengan mekanisme pergerakan turun (normal falut) dengan jalur sepanjang 30 km.

Sesar sisam yang terletak dekat dengan pulau Samos tersebut akhirnya "pecah" di dekat Menderes Graben di mana tempat tersebut adalag wilayah yang memiliki sejarah penjang gempa dengan sesar turun.

"Karena mekanisme patahannya yang bergerak turun dan hiposenter gempanya sangat dangkal hanya sekitar 6 km maka wajar jika gempa tersebut memicu terjadinya tsunami," katanya.

Baca Juga: Kasus LGBT di TNI-Polri, Komnas HAM: Tidak Ada yang Bisa Kriminalisasi Orang Dari Orientasi Seksual

Baca Juga: Serangan di Nice, Prancis Kerahkan 7.000 Tentara, Emmanuel Macron: Kita Tidak Akan Menyerah

Ia mengatakan bahwa episenter gempa terletak di laut Aega yang tepatnya berada pada 17 km dari pesisir barat Turki dengan mekanisme sumber gempa adalah adanya patahan dengan pergerakan turun.

Daryono mengungkapkan fakta terbaru mengenai gempa susulan yang terjadi hingga saat ini telah ada lebih dari 100 aktivitas gempa susulan dengan magnitudo terbesar mencapai 5,1 sejak gempa pertama.

Gempa ini juga menimbulkan tsunami lokal di beberapa stasiun dengan intensitas yang kecil paling tinggi adalah 8 cm.

Ia juga memberikan penjelasan mengenai tsunami kecil yang terjadi. Hal itu terjadi karena adanya kondisi topografi lokal pantai yang landai di dekat garis pantai sehingga airnya menjadi menggenang di daratan.

Baca Juga: Sasar Penonton Generasi Baru, 'Petualangan Sherina' Akan Hadir Pula Versi Animasinya

Baca Juga: 'Maskne' Istilah Baru Masalah Jerawat Karena Penggunaan Masker. Bagaimana Penjelasan Selengkapnya?

Daryono mengatakan jika wilayah laut Aega ini secara sejarah memang merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.'

Bahkan peristiwa tsunami terakhir terjadi di Bodrum, Turki dan disebabkan oleh gempa yang berkekuatan 6,6 tepatnya pada tahun 2017.

Sebelumnya, gempa di Turki  terjadi pada pukul 13.51 waktu setempat dengan pusat di laut Aega. Bahkan getaran gempa tersebut sempat dirasakan pula sampai Yunani, Athena, dan juga Istanbul.

Gempa ini menimbulkan kerusakan yang cukup parah serta memakan banyak korban dan hingga kini korban gempa masih terus bertambah.

Baca Juga: Mendebarkan, Evakuasi Korban Gempa Turki dengan Gergaji, Edorgan: Kita Kerahkan Seluruh yang Ada

Baca Juga: Gempa Bumi M 7 Tewaskan 19 Orang di Turki dan Yunani, Termasuk Murid Sekolah yang Keruntuhan Tembok

Tak lupa pula Daryono juga memberikan pesan bagi Indonesia untuk menjadikan gempa ini sebagai pelajaran karena kondisi seismik aktif dan memiliki banyak jalur sesar aktif di dasar laut.***

Ia mengingatkan masyarakat Indonesia untuk tetao waspada dari gempa dan tsunami serta harus perlu meningkatkan mitigasi baik itu secara struktural maupun nonstruktural.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler