Setelah Kalah Perang dengan Azerbaijan, Perdana Menteri Armenia Terancam Dibunuh dan Dikudeta

15 November 2020, 14:26 WIB
Perdana Menteri Nikol Pashinyan /Nikol Pashinyan /Twitter

LINGKAR MADIUN- Setelah Armenia dirundung kekalahan  dari Azerbaijan, kini pemerintahan Armenia menghadapi gelombang protes dari rakyatnya sendiri. Bahkan Perdana Menteri Armenia  Nikol Pashinyan mendapat ancaman pembunuhan serta kudeta.

Konflik internal di dalam pemerintahan tak terhindarkan. Badan Keamanan Nasional (NSS) Armenia mengatakan, pihaknya tengah  mencegah upaya pembunuhan terhadap Perdana Menteri Nikol Pashinyan, serta mencegah perebutan kekuasaan oleh sekelompok mantan pejabat.

Diketahui, setelah kesepakatan damai dengan Azerbaijan dalam perang Nagorno-Karabakh, pemerintah Armenia tengah disibukkan meredam aksi rakyat yang mendesak Perdana Menteri Nikol Pashinyan mundur.

Baca Juga: Menjelang MotoGP Valencia 2020, Berikut 10 Statistik Baru dari Kualifiakasi Valencia

Baca Juga: Lionel Messi Hengkang, Barcelona Terancam Rugi Besar, Simak Alasannya

Tercatat sebanyak  3.000 demonstran turun ke jalan-jalan mengecam langkah PM Pashinyan yang menandatangani kesepakatan damai dengan Azerbaijan yang dimediasi pihak Rusia.

Ribuan orang yang berdemonstrasi di pusat kota Yerevan mengecam langkah Pashinyan yang dinilai "bertindak lemah" dengan menyetujui kesepakatan dengan Azerbaijan.

Akibat dari demonstrasi itu, 10 politisi oposisi yang dianggap sebagai penyokong aksi demo anti Pashinyan telah ditangkap.

Baca Juga: Nasi Goreng Jancuk Surabaya Rasa Pedas Luar Biasa

Baca Juga: Keripik Pelepah Pisang, Cemilan Unik dan Renyah Bikin Goyang Lidah

"Ini karena peran mereka dalam kekacuan massal dengan kekerasan ilegal," kata jaksa penuntut Armenia dalam sebuah pernyataan.

NSS mengatakan mantan kepalanya Artur Vanetsyan, mantan ketua fraksi parlemen Partai Republik Vahram Baghdasaryan dan sukarelawan perang Ashot Minasyan ditahan.

"Para tersangka berencana untuk secara ilegal merebut kekuasaan dengan membunuh perdana menteri dan sudah ada calon potensial yang sedang dibahas untuk menggantikannya," kata NSS dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: 9 Kota Wisata Kuliner di Indonesia, Dijamin Menggugah Selera

Baca Juga: 4 Tanaman dengan Manfaat Kecantikan, Buat Sendiri di Rumah dan Rasakan Kebaikannya

Sementara itu, Pashinyan mengatakan bahwa pihaknya  tidak punya pilihan selain menandatangani perjanjian damai. Hal itu bertujuan untuk mencegah kerugian teritorial lebih lanjut.

Pashinyan mengatakan bahwa dia mengambil tanggung jawab pribadi atas kesepakatan damai itu, tetapi menolak seruan untuk mundur.

Armenia dan Azerbaijan telah berperang di wilayah konflik Nagorno-Karabakh sejak tahun 1990-an yang telah menewaskan lebih dari 30.000 orang.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Virgo 15 November 2020, Memiliki Kekuatan Besar untuk Dapat Gaji Sesuai Kemampuan

Baca Juga: 5 Wisata Ekstrim di Indonesia, Nomor 4 Terjun ke Laut Lepas

Pertempuran terbaru yang berlangsung sejak 27 September telah menewaskan lebih dari 1.000 orang serta memaksa ratusan ribu orang mengungsi mencari perlindungan.

Setelah kesepakatan damai antara Armenia dan Azerbaijan, Rusia mengerahkan hampir 2.000 tentara bersama sejumlah tank dan kendaraan lapis baja lainnya untuk mengamankan gencatan senjata yang disepakati pekan ini.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler