Mahathir Mohamad Buka Suara Mengenai Kasus yang Menimpa Prancis dan Muslim

- 30 Oktober 2020, 15:43 WIB
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. /Foto: Instagram @chedetofficial/

LINGKAR MADIUN – Setelah serangan mematikan di Nice, Prancis, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad buka suara. Ia mengatakan muslim memiliki hak untuk membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu.

Mahathir mengunggah komentarnya dalam akun Twitter resminya sebagai tanggapan atas penyerangan yang menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai beberapa lainnya. Insiden yang digambarkan oleh Walikota Nice  sebagai tindakan "terorisme".

Baca Juga: POLRI Berduka, Kadiv Propam Irjen Pol Ignatius Sigit Meninggal Dunia Jumat Siang Ini

Baca Juga: Kasus Covid-19 Di Prancis Meningkat, Liga Prancis Sementara Waktu Ditangguhkan

Mahathir mengatakan bahwa dia percaya pada kebebasan berekspresi. Namun hal itu tidak boleh digunakan untuk menghina orang lain.

"Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu," tulis Mahathir di salah satu cuit, yang kemudian dihapus karena diindikasi melanggar kode etik.

Baca Juga: Tragedi Aksi Teror di Nice Perancis Terdapat 4.023 WNI, Kemlu: Tidak Ada WNI yang Jadi Korban

Dia melanjutkan: “Tapi pada umumnya, umat muslim tidak menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Muslim tidak melakukan itu. Orang Prancis juga tidak melakukan."

Mahathir, yang mengundurkan diri dari masa jabatan keduanya sebagai perdana menteri Malaysia pada Maret, mengatakan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron "tidak menunjukkan bahwa dia beradab", menambahkan bahwa dia "sangat primitif".

Baca Juga: Jelang Man United vs Arsenal, Man United Kehilangan Alex Telles Karena Positif Covid-19

“Orang Prancis harus mengajari rakyatnya untuk menghormati perasaan orang lain,” katanya.
Di Prancis, Cedric O, seorang menteri junior yang bertanggung jawab atas industri digital dan komunikasi, mengatakan dia telah berbicara dengan direktur pelaksana Twitter di negara itu untuk membatasi akun Mahathir.

Jika tidak dilakukan, akun Mahathir itu akan menjadi "perpanjangan tangan sebagai seruan resmi pembunuhan," katanya.

Twitter awalnya menandai cuit Mahathir tentang membunuh "jutaan orang Prancis" sebagai "memuliakan kekerasan" dan kemudian menghapusnya dari utas. Namun cuit lainnya yang berjudul RESPECT OTHERS masih tetap ada.

Baca Juga: Lulus CPNS, Jangan Lupa Lakukan Pemberkasan di sscn.bkn.go.id. Begini Cara dan Daftar Berkasnya

Pemimpin beberapa negara mayoritas muslim mengutuk pernyataan pejabat Prancis, termasuk Macron, yang membela karikatur Nabi Muhammad sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Namun karikatur itu oleh pemimpin negara mayoritas muslim, dianggap menghujat umat Islam.

Perselisihan makin berkobar setelah seorang guru menunjukkan  kartun satir nabi selama diskusi di kelas, kemudian diserang di jalan dan dipenggal oleh seorang anak berusia 18 tahun asal Chechnya.

Baca Juga: Pasca Aksi Teror Tewaskan 3 Orang di Nice, Kini Prancis Siaga Satu Peringatan Keamanan

Pejabat Prancis mengatakan pembunuhan itu merupakan serangan terhadap nilai inti kebebasan berekspresi Prancis, dan Prancis tetap membela hak untuk menerbitkan kartun.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan akan berupaya menindak keyakinan Islam Radikal yang menumbangkan nilai-nilai Prancis.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x