Diketahui, pada 2011, kantor Charlie Hebdo dibom setelah menerbitkan edisi spoof yang mengundang dengan karikatur Nabi Muhammad di bagian sampulnya.
Setahun kemudian, majalah Charlie Hebdo justru membuat banyak karikatur Nabi Muhammad. Karikatur tersebut menggambarkan Nabi Muhammad dalam keadaan telanjang dan dalam pose-pose yang merendahkan atau porno.
Baca Juga: Kronologis Aksi Penikaman Sadis di Gereja Prancis, Presiden Prancis Macron: Serangan Teroris Islam
Sementara itu, Pemerintah Prancis membela kebebasan berbicara bahkan ketika menegur Charlie Hebdo karena mengipasi ketegangan.
Pada Januari 2015, dua ekstremis Alqaidah kelahiran Prancis yang marah karena karikatur itu menyerbu ruang redaksi dan menewaskan 12 orang, termasuk pemimpin redaksi dan beberapa kartunis. Charlie Hebdo belum mundur.
Baca Juga: Kasus Aktif Covid-19 Sebagian Besar Wilayah Indonesia di Bawah 100
Charlie Hebdo kembali membuat keonaran dengan mencetak ulang karikatur nabi yang asli ketika pada hari persidangan serangan pada 2015 dibuka belum lama ini.
Hal itu memicu serangkaian protes. Pada 16 Oktober, seorang pengungsi Chechnya memenggal kepala seorang guru di luar Paris yang telah menunjukkan karikatur di kelasnya, untuk debat tentang kebebasan berekspresi.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim telegram ke Presiden Prancis Emmanuel Macron, seteleh peristiwa penikaman yang mengakibatkan tiga orang tewas yang terjadi di Basilika Notre-Dame di Nice, Prancis, pada pukul 00.09 pagi waktu setempat pada Kamis, 29 Oktober 2020.