Semisal Iskandar Zulkarnain yang Allah tempatkan sebagai raja di dunia, mengurusi dunia sebab-akibat.
Baca Juga: Pelaku Korupsi PKH di Malang Terciduk, Mensos Risma: Jangan Main-Main!
Syahwah (atau syahwat) secara bahasa memiliki arti: tatapan yang kuat, atau keinginan. Secara maknawi merupakan keinginan kepada bentuk-bentuk material dan duniawi, seperti harta, makanan dan lawan jenis.
Berbeda dari syahwat, hawa-nafsu (disingkat “nafsu”) adalah keinginan kepada bentuk-bentuk non-material, seperti ego, kesombongan, dan harga diri.
Himmah merupakan lawan kata dari syahwat, yang juga memiliki arti keinginan. Namun bila syahwat merupakan keinginan yang rendah, maka himmah adalah keinginan yang tinggi, keinginan menuju Allah.
Baca Juga: Masyarakat Prancis Demonstrasi Lagi Menentang Aturan Penanganan Covid-19
Baca Juga: Kesalahpahaman Soal Makan Sebelum Tidur Bikin Gemuk, Begini Penjelasan Para Ahli
Adakalanya Allah menempatkan seseorang dalam dunia asbab dalam kurun tertentu misalnya, untuk mencari nafkah, mengurus keluarga, atau memimpin negara.
Bila seseorang sedang Allah tempatkan dalam kondisi asbab itu, namun dia berkeinginan untuk tajrid (misalkan dengan ber-uzlah), maka itu dikatakan sebagai syahwat yang samar.