Sumber terbarukan seperti surya, hidro, dan panas bumi hanya mencakup 11 persen dari bauran energinya, meskipun para ahli mengatakan Indonesia memiliki 400 GW potensi terbarukan.
Pemerintah telah berjanji untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan menjadi 23 persen pada tahun 2025.
Namun, data dari lembaga think-tank energi IEEFA menunjukkan bahwa sekitar 16 GW kapasitas tenaga batu bara baru diperkirakan akan mulai beroperasi antara tahun 2021 dan 2030.
"Karena seluruh kebutuhan di Jawa dan Bali telah dipenuhi oleh batu bara, bahkan terjadi oversupply, yang secara efektif mematikan energi terbarukan," kata Adhityani Putri, direktur eksekutif Yayasan Indonesia Cerah.
Tenaga batu bara tetap menjadi pilihan termurah, dengan biaya sekitar 600 rupiah (4,22 sen AS) per kilowatt-hour (kWh) tahun lalu, dibandingkan gas sekitar 1.600 rupiah per kWh dan panas bumi pada 1.100 rupiah per kWH.
Cerah dan kelompok hijau lainnya telah berkampanye untuk menghentikan pembangkit listrik batu bara lebih awal, tetapi para pejabat mengatakan ini dapat memicu denda karena melanggar kontrak dengan produsen listrik independen.
Sementara itu, harga batu bara mencapai titik tertinggi sepanjang masa tahun ini, membantu Indonesia mencatat rekor ekspor dan surplus perdagangan pada Agustus 2021.
Pemerintah menaikkan target produksi batu bara 2021 sebesar 14 persen menjadi 625 juta ton untuk diuangkan.