Pesantren Takeran di Magetan, Saksi Bisu Pembantaian Massal oleh PKI Madiun 1948

- 29 September 2020, 19:48 WIB
Pesantren Takeran atau Sabilil Muttaqien di Magetan Jawa Timur
Pesantren Takeran atau Sabilil Muttaqien di Magetan Jawa Timur /faridaudughdamen.blogspot.com

Baca Juga: Dibuka Beasiswa Unggulan 2020 untuk Mahasiswa Dalam Negeri, Ditutup 3 Oktober 2020

Bahkan pada saat itu, di sekitar Takeran bertebaran juga pamflet tentang Muso yang baru pulang dari Moskow. Pesantren Takeran dipilih untuk diserbu karena saat itu menjadi tempat atau basis pergerakan Islam.

Kiai Mursyid sempat diajak berunding karena sudah tahu pesantrennya terancam akan dibakar,'' tegas KH Zakaria.Tak hanya menyapu daerah di timur Gunung Lawu, aksi PKI di tahun 1948 juga memakan "wilayah barat", seperti Klaten dan Solo.

Tanpa diketahui dalam sebuah perbincangan ringan di pinggir Kali Code, Yogyakarta, pada 1 Oktober lalu, seorang cucu Lurah sebuah desa di Klaten, Jawa Tengah, Arfan Suasdiantoro menceritakan nasib keluarganya yang pada tahun 1948 dibantai PKI. ''Eyang saya yang bernama Pudjo Sukarto adalah seorang kepala desa. Beliau dibunuh PKI hanya karena mendirikan mushala. Tiba-tiba saja segerombolan orang datang menyerbu rumah. Mereka merebut pistol eyang saya dan menembaknya di bagian leher tembus hingga bagian kepala. Ibu saya yang saat itu masih berusia sekitar enam tahun menyaksikan langsung peristiwa itu,'' kata Arfan.

Baca Juga: DPRD DKI Jakarta Tampar Anies Baswedan Soal Banjir

Arfan mengatakan, kisah pembunuhan sang kakek memang telah diceritakan kepada semua saudaranya. Dan ibunya pun berpesan agar peristiwa itu dijadikan pelajaran bahwa pada saat itu memang telah ada ideologi yang tidak menghargai kepercayaan orang beragama.Terkait peristiwa pemberontakan PKI di Madiun, peminat sejarah Batara Hutagalung mengatakan, tampak ada kaitan antara peristiwa pemberontakan itu dengan aksi penyerangan Belanda ke Yogyakarta pada Desember 1948. Hal ini masuk akal karena salah satu pemimpin pemberontakan, Amir Syarifudin, pada zaman Jepang sempat menjalin kerja sama untuk gerakan perlawanan bawah tanah semasa penjahan Jepang.

''Bila melihat fakta lain, saya pun melihat pemberontakan PKI Madiun merupakan sebuah bagian dari persiapan Belanda ketika hendak melakukan serangan militer besar-besaran ke Indonesia pada Desember 1948. TB Simatupang menyebut indikasi ini setelah melihat kepulangan Muso ke Indonesia dari Moskow yang melalui Belanda pada Agustus 1948. Jadi, di situlah kemungkinan Muso ditunggangi kepentingan Belanda,'' kata Batara.

Kemudian apakah masih banyak yang pihak sudi mendengarkan kisah pembantaian PKI Madiun di tahun 1948 itu? Atau jangan-jangan malah dianggap sebagai dongeng yang senyap karena sudah dianggap dongeng oleh mereka yang kerap mengklaim diri sebagai pejuang HAM.

Baca Juga: Viral, Inilah Fakta Game Among Us, Simak Selengkapnya Disini

KH Zakaria lebih lanjut mengatakan, sejarah telah mencatat perilaku masa PKI yang menculik satu demi sartu pimpinan pesantren yang dianggap musuh. Yel-yel PKI adalah "Pondok bobrok, langgar bubar, santri mati".

Menurutnya, aksi gayang PKI seperti itu memang berhasil melumpuhkan sejumlah pesantren di Magetan. Salah satu pesantren incaran PKI adalah Takeran. Pesantren ini secara geografis sangat dekat dengan Gorang Gareng sehingga dapat dikatakan bahwa pesantren Takeran adalah rangkaian pembantaian PKI yang terjadi di Gorang Gareng.

Halaman:

Editor: Ika Sholekhah Putri

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x