Menengok Koleksi Budaya Keraton Solo, Salah Satunya Singgasana Raja Solo

24 November 2020, 11:59 WIB
Keraton Solo atau yang akrab disebut Keraton Surakarta Hadiningrat, salah satu ikon wisata sejarah di pusat kota Solo /Instagram/Fikri Mustofa

 

LINGKAR MADIUN - Keraton Solo atau yang biasa dikenal sebagai Keraton Kasunanan Surakarta terletak di pusat kota Solo, namun masih masuk wilayah Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

Seiring bergesernya peradaban, Keraton tersebut kini menjadi salah satu ikon kota Solo yang memberikan wawasan pada masyarakat tentang peninggalan kerajaan Islam di Jawa yang pernah memerintah beberapa abad yang lalu.

Seperti apa sejarah dan koleksi Keraton Solo,yuk kita simak ulasan berikut ini :

Sejarah Singkat Keraton

Pembangunan keraton dilakukan dari tahun 1743 hingga 1745. Konstruksi bangunan keraton menggunakan bahan kayu jati yang diperoleh dari Alas Kethu di dekat kota Wonogiri.

Arsitek keraton ini adalah Pangeran Mangkubumi, kerabat Susuhunan (raja Solo) yang kelak memberontak dan berhasil mendirikan kesultanan Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku Buwana I. Jadi tidak mengherankan jika bangunan kedua keraton memiliki banyak kesamaan. Setelah pembangunan selesai, keraton baru yang diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat tersebut resmi digunakan oleh raja pada tanggal 17 Februari 1745

Penembahan Senopati yang waktu mudanya bernama Sutowijoyo memerintah di Mataram dari tahun 1585 sampai dengan tahun 1601. Pada tahun 1601 Raden Mas Jolang yang bergelar Susuhunan Hadi Prabu Hanyakrawati menggantikan sebagai raja Mataram sampai dengan tahun 1913. setelah Susuhunan Hadi Prabu Hanyakrawati meninggal beliau digantikan oleh Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, yang memerintah mulai tahun 1613 sampai tahun 1945.

Baca Juga: Seleksi Satu Juta Guru Honorer untuk PPPK, Dibuka Kesempatan Hingga 3 Kali

Pada saat pemerintahan Sultan Agung, Keraton Mataram berada dalam puncak kejayaan. Karena banyak raja-raja yang ditaklukkan, yaitu raja-raja pesisir Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kalimantan Barat, Madura, Surabaya dan Cirebon. Sultan Agung merupakan figur raja yang taat kepada agama Islam dan tidak senang pada Belanda yang berada di tanah Jawa.

Wisata Keraton Saat Ini

Fungsi Keraton pada masa sekarang adalah sebagai tempat penyimpanan benda-benda kebudayaan, yang dapat mendatangkan para wisatawan melihat secara langsung tentang peninggalan benda-benda kebudayaan pada waktu itu. Pada masa sekarang ini raja yang berkuasa di Keraton Kasunanan Surakarta, mempunyai peranan dan kedudukan dalam lingkup keraton sebagai pengageng Keraton. Juga sebagai warga negara Indonesia dan tidak berhak untuk menentukan sesuatunya.

Karena pemegang kekuasaan pemerintahan Indonesia sekarang ini ada pada Presiden bukan pada raja. Juga fungsi Keraton sebagai pusat keagamaan. Pada masa sekarang ini tidak seperti masa lampau. Pusat kegiatan-kegiatan pada masa sekarang bernaung di bawah Departeman Agama, yang dikepalai oleh Menteri Agama.

Baca Juga: Berbagai Kejadian Pasca Kepulangan HRS, Ini Pendapat Fahri Hamzah

Selain sebagai tempat tinggal raja beserta istri dan anaknya atau disebut Sentana dan para abdi dalem, keraton ini digunakan sebagai museum untuk menyimpan benda-benda sejarah milik Keraton Surakarta termasuk pemberian atau cindera mata dari raja-raja Eropa yang diletakkan disekitar bangunan Sasana Sewaka. Selain itu tempat untuk menyimpan benda pusaka seperti keris, kereta kencana maupun gamelan.

Mengunjungi keraton Solo dari arah depan bisa terlihat susunan kota lama khas Jawa, sebuah bangunan keraton yang dikelilingi oleh alun-alun, Pasar Klewer, dan Masjid Agung Surakarta. Memasuki bagian depan keraton, terdapat bangunan Sasana Sumewa dan sebuah meriam berbahan perunggu bernama Kyai Rancawara. Bangunan ini dulu digunakan sebagai tempat Pasewakan Agung, yaitu pertemuan antara Raja dan para bawahannya.

Peninggalan Raja Surakarta

Di tempat ini pengunjung masih bisa melihat Dhampar Kencana (singgasana raja) yang terletak di Siti Hinggil Lor. Pengunjung tidak boleh menaiki area ini sebab tempat itu sangat dihormati dan dianggap keramat. Dari Siti Hinggil, pengunjung akan memasuki Kori Renteng, Kori Mangu, dan Kori Brojonolo. Mereka yang melewati pintu-pintu ini diminta untuk meneguhkan hati, membuang rasa ragu, dan memantapkan pikiran untuk selalu waspada.

Baca Juga: Millen Cyrus Dipenjara, Ahmad Sahroni: Lebih Baik Pengguna Narkoba Direhab Daripada Dipenjara

Sesudah itu, pengunjung sampai di pelataran Kamandungan Lor, kemudian Sri Manganti, dan akhirnya museum keraton bernama Museum Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam museum pengunjung dapat menyaksikan benda-benda peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta dan beberapa fragmen candi yang ditemukan di Jawa Tengah.

Koleksinya antara lain alat masak abdi dalem, senjata-senjata kuno yang digunakan keluarga kerajaan, juga peralatan kesenian. Koleksi menarik lain adalah kereta kencana, topi kebesaran Paku Buwana VI, Paku Buwana VII, serta Paku Buwana X. Selanjutnya pengunjung bisa ke Sasana Sewaka yang berada di samping museum.

Pada halaman Sasana Sewaka wisatawan harus melepaskan alas kaki untuk berjalan di hamparan pasir halus yang diambil dari Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo.

Baca Juga: Hati-hati, 13 Sifat Ini Tanda Temanmu Tidak Bisa Dipercaya

Di sini, pengunjung dilarang mengambil atau membawa pasir halus tersebut. Terakhir, ada menara yang disebut Panggung Sanggabuwana. Konon, menara digunakan oleh Susuhunan untuk bersemedi dan bertemu Nyai Rara Kidul, penguasa Pantai Selatan.

Selain sebagai tempat semedi, menara ini juga berfungsi sebagai menara pertahanan untuk mengontrol keadaan di sekeliling keraton.

Biasanya pada saat musim liburan, keraton surakarta hadiningrat ramai dikunjungi penunjung terutama anak-anak sekolah yang melakukan study tour , tujuan utama 6 mereka berkunjung ke solo khususnya ke keraton yaitu ke museum keraton, disamping memperoleh pengalaman dan ilmu pengunjung juga dapat belajar mengenai sejarah dan benda apa saja yang digunakan raja dan masyarakat sekitar di jaman dahulu.***

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Sumber: Dinas Pariwisata Solo

Tags

Terkini

Terpopuler