"Dikotomi inilah yang menciptakan disintegrasi pada tingkat klasifikasi pengetahuan, oleh karena itu, kita harus serius membangun dan menciptakan integrasi holistik dan sistematis agar integrasi antara ilmu-ilmu dapat tercipta, ujarnya.
Pandangan dikotomi itu, lanjutnya, telah menciptakan penyimpangan pandangan tentang sumber pengetahuan. Para pendukung ilmu-ilmu agama hanya mengakui keabsahan sumber ilahi, seperti kitab dan tradisi Nabi (hadits).
Sebaliknya, para ilmuwan sekuler berlaku hanya mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari persepsi akal atau dunia empiris.
Baca Juga: Lembaga Riset Beberkan Utang Terselubung Indonesia ke China Mencapai Rp 246 T
Menurut Mulyadhi dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan sekuler itulah yang melahirkan permasalahan, yaitu disintegrasi terhadap klasifikasi pengetahuan.
"Karena itu kita harus mengetahui pengetahuan secara luas tidak terbatas pada satu bidang, namun mampu mengetahui terhadap pengetahuan kekinian (modern) tanpa meninggalkan konteks lokal dan nilai ketuhanan," tambahnya.***