Benarkah Pandemi Covid-19 Sebagai Tanda Munculnya Satria Piningit Ratu Adil? Simak Falsafahnya

- 8 Desember 2020, 19:38 WIB
Ilustrasi ramalan jayabaya
Ilustrasi ramalan jayabaya /PIXABAY/LEE_SEONGHAK

Lingkar Madiun- Berdasarkan buku yang berjudul “ Satria Piningit Menyingkap Tabir Falsafah Kepemimpinan Ratu Adil ” yang ditulis oleh Sri Wintala Achmad.

Perlu kamu ketahui, bahwa bagi masyarakat Jawa yang sangat lekat dengan Falsafah Cakra Manggilingan, gara-gara yang ditangkap sebagai awal kebahagiaan, sehabis gelap gulita ada terang, sesudah gelap malam muncul pagi dengan cahaya matahari yang cemerlang di langit jingga kebiruan.

Akibat adanya falsafah Cakra Manggilingan yang mereka yakini, masyarakat Jawa memiliki persepsi bahwa kemunculan Satria Piningit Ratu Adil selalu di dahului dengan gara-gara yaitu suatu peristiwa mengerikan yang akan menyeret orang-orang kecil ke dalam penderitaan sebelum kembali menikmati kebahagiaan, misalnya adanya pandemi Covid-19 yang sedang melanda negara kita.

Baca Juga: Ternyata Daun Kelor Bagus Digunakan Untuk Masker Wajah, Begini Cara Membuatnya

Baca Juga: Pesawat Latih Aerobatic Jupiter KT – 1B Wong Bee TNI AU Jatuh Saat Latihan , Simak Kronologinya

Sebagaimana para Punakawan, Semar dan ketiga putranya sang pamomong raja-raja di tanah Jawa yang tengah bersuka cita pasca “gara-gara” (kekacauan). Tidak hanya melalui gara-gara, tanda-tanda kemunculan Satria Piningit yang didahului dengan munculnya zaman Kalatida, zaman Kalabendu, atau zaman Edan disebutkan dalam serat Musarar Jayabaya, serat Sabdo Palon, serat Kalatida, dan serat Centini.

Berikut persepsi dari serat Musarar Jayabaya, serat Sabdo Palon, serat Kalatida, dan serat Centini mengenai tanda-tanda munculnya Satria Piningit, simak selengkapnya!

  1. Serat Musarar Jayabaya

Serat Musarar Jayabaya menjelaskan mengenai kemunculan Satria Piningit melalui bait-bait tembang Macapat, yaitu pertama, kemunculan Satria Piningit dapat ditilik pada pupuh Sinom bait ke-18 yang menjelaskan bahwa negara semasa pemerintahan gajah metu sungune lelaki yang mendapat kutukan setelah tidak memiliki kepastian hukum dan pemerintah lung gadung loro ngelakasi yang merupakan pemimpin penuh inisiatif namun memiliki kelemahan yakni mudah tergoda oleh wanita cantik.

Kemudian tanda kedua, kemunculan Satria Piningit dapat ditilik pada pupuh Sinom bait ke-20 yang melukiskan situasi negara yang berantakan. Hubungan pemimpin negara dengan rakyat semakin menjauh. Dimulailah era baru dengan otonomi daerah sebagai implikasi dari bergulirnya zaman Kutila atau era reformasi.

Halaman:

Editor: Khoirul Ma’ruf

Sumber: YouTube Pawarta Jawa TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah