Baca Juga: Kunyah 6 Siung Bawang Putih Panggang Setiap Hari, Berikut Efeknya dalam 24 Jam
Lebih lanjut dari hasil perbandingan selama tiga tahun tersebut, peneliti menemukan perubahan kadar polusi PM 2,5 terjadi secara signifikan hanya di wilayah China, namun tidak terjadi di Amerika Utara ataupun Eropa.
“Kami menemukan sinyal yang paling jelas terdeteksi adalah pengurangan signifikan di Dataran China Utara, di mana penguncian paling ketat terkonsentrasi,” kata Hammer.
Disebutkan penurunan PM 2,5 di Cina tersebut karena terjadi pengurangan emisi sekitar 50 persen.
Data ini didapatkan setelah mereka mensimulasikan skenario antara emisi antropogenik nitrogen dioksida yang dipertahankan konstan dengan variabilitas meteorologi yang bertanggung jawab atas perbedaan PM 2.5 selama bulan-bulan lockdown.
Baca Juga: Menag Terbitkan SE Nomor 15 Tahun 2021, Sholat Idul Adha Berjamaah di Zona Merah- Oranye Ditiadakan