Kudeta Militer Myanmar Telan 1.000 Korban Jiwa, Pihak Junta Membantah

- 19 Agustus 2021, 09:21 WIB
Kudeta Militer Myanmar Diklaim Sudah Telan 1.000 Korban Jiwa
Kudeta Militer Myanmar Diklaim Sudah Telan 1.000 Korban Jiwa /Reuters

LINGKAR MADIUN – Lebih dari 1.000 warga sipil telah tewas di Myanmar sejak kudeta 1 Februari.

Dilansir Lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari Al Jazeera, jumlah korban tewas tersebut didata oleh Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sebuah kelompok hak asasi manusia di Myanmar.

Pada 18 Agustus 2021, AAPP mengatakan 1.006 orang telah tewas sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi yang memicu protes nasional dan pemberontakan.

Baca Juga: Kecam Tragedi Kekerasan di Myanmar, Presiden Jokowi Desak Pertemuan KTT ASEAN

Sayangnya, seorang juru bicara militer Myanmar tidak merespon kebenaran data tersebut saat dihubungi oleh wartawan.

Otoritas militer sebelumnya mengatakan angka AAPP, yang banyak dikutip oleh organisasi internasional itu dilebih-lebihkan.

Tentara juga mengatakan puluhan anggota pasukan keamanan telah tewas, dimana AAPP tidak memasukkan mereka dalam hitungannya.

Baca Juga: Myanmar Berdarah, Lima Pengunjuk Rasa Anti Kudeta Tewas Tertembak Saat Melayangkan Protes! Simak Selengkapnya

Myanmar sedang mengalami kekacauan sejak kudeta kekuasaan.

Kudeta itu menyebabkan banyak bentrokan di daerah perbatasan dan mogok kerja massal yang telah merusak ekonomi.

Selain itu, Myanmar juga sedang berjuang melawan lonjakan besar dalam kasus akibat paparan COVID-19.

Baca Juga: Lawan Kudeta Myanmar, Serikat Pekerja Serukan Mogok Kerja dan Pejabat Partai Pemerintah Tewas di Tahanan

Hal ini bermula saat pihak militer Myanmar menggulingkan Aung San Suu Kyi yang diklaim melakukan kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan Liga Nasional untuk Demokrasi dengan telak.

Namun, komisi pemilihan dan pemantau internasional mengatakan pemilihan itu bebas dan adil dan tidak ada bukti untuk mendukung klaim tersebut.

Pihak militer Myanmar juga disoroti oleh dunia karena dugaan genosida dan tindakan brutalnya terhadap minoritas Rohingya pada tahun 2017 yang memaksa masyarakat Rohingnya melarikan diri ke Bangladesh.***

Editor: Yoga Adi Surya

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x