LINGKAR MADIUN - Penggalian kepala Buddha dan barang-barang lain yang telah dijarah oleh Taliban kini dimulai lagi pembangunannya oleh tim arkeologi Perancis dan Jepang.
Tim dari Perancis tersebut terlibat dalam melestarikan dan memulihkan situs Bamiyan yang terkenal di Afghanistan tengah, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO.
Diyakini bahwa para penjahat tersebut mengambil keuntungan dari kebingungan yang mengikuti pengambilalihan wilayah oleh Taliban pada paruh pertama Agustus 2001.
Dilansir LINGKAR MADIUN dari Kyodo News, dinyatakan Taliban telah menjarah artefak penduduk setempat, dan arkeolog Jepang juga sempat menjadi sasaran penjarahan.
Pada tahun 2001, ketika Taliban berkuasa, mereka meledakkan dan menghancurkan dua patung Buddha besar Bamiyan abad ke-6 yang dipahat di tebing.
Hal tersebut terjadi karena pihak ekstrimis menginterpretasi pelarangan penyembahan berhala dengan meledakkan dua patung tersebut.
Baca Juga: Dibantu oleh China, Kamboja Akhirnya Miliki Stadion Megah untuk Menyambut SEA Games 2023
Setelah invasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat bersama dengan Inggris, Perancis, dan Jerman, situs Bamiyan kembali diekskavasi oleh pihak Perancis.
Pasukan korps Perancis melakukan penggalian sisa-sisa barang berharga dari sekitar tempat ledakan tersebut.
Pasukan korps Perancis menemukan kepala, beberapa potongan tubuh, dan beberapa artefak penting.
Baca Juga: Jika Kamu Melakukan Hal Ini di Kamar Mandi, Segeralah Berhenti! Ahli Kesehatan Beri Alasannya
Sayangnya, di tahun 2021 ini kembali terjadi penjarahan oleh ekstrimis Islam di situs Bamiyan setelah seluruh pasukan Amerika Serikat ditarik dari Afghanistan.
Kepala Buddha yang digali dan barang-barang lainnya telah dijarah dari fasilitas penyimpanan tim arkeologi Perancis yang terlibat dalam pelestarian dan pemulihan situs tersebut.
Menurut seorang pria setempat, ada panggilan telepon yang memintanya untuk membeli barang-barang seperti kepala Buddha, koin, dan kitab suci yang tampaknya telah dicuri.
Baca Juga: China Meradang dan Paksa Jepang Secara Jantan untuk Mengakui Kejahatannya pada Perang Dunia ke-2
Pria ini telah bekerja sama dengan ahli asing dan terlibat dalam pemulihan reruntuhan.
Tidak diketahui apa yang terjadi, namun beberapa indikasi mengatakan bahwa penjarahan di tahun 2021 ini dilakukan oleh ekstrimis tersebut untuk mencari uang.
Mereka juga menjual beberapa barang-barang tersebut kepada negara-negara asing seperti Perancis dan Jepang.
Di telepon, suara seorang wanita muda mengusulkan untuk menjual total 25 relik berharga seharga 100 ribu dolar AS, dan mengatakan bahwa jika tawaran itu ditolak, relik akan dibawa ke Pakistan.
Menurut Yoko Taniguchi, seorang profesor di Universitas Tsukuba yang telah bekerja pada restorasi situs arkeologi, tim Jepang telah menyimpan potongan mural berwarna dan alat yang diperlukan untuk restorasi.
Seorang anggota tim Perancis menghubunginya awal bulan September 2021 ini, menjelaskan bahwa kunci gudang telah rusak dan kotak-kotak berisi potongan mural telah terbalik.
Baca Juga: Catat! Deretan Makanan Ini Dapat Membantu Pemulihan Pasca Operasi, Simak Begini Ulasannya
Ada juga potongan-potongan mural yang dicat dengan minyak.
Menurut penelitian dari Universitas Tsukuba, data dari analisis kimia pigmen dari lukisan abad 7-10 menunjukkan bahwa mural ini dapat dianggap sebagai lukisan minyak tertua di dunia.
Masih belum diketahui apakah pihak-pihak yang menjual artefak tersebut adalah Taliban atau bukan, tetapi dapat dikonfirmasi bahwa penjual tersebut adalah salah satu faksi ekstrimis di Afghanistan.
Pada tahun 2003, lanskap budaya dan peninggalan arkeologis lembah Bamiyan secara bersamaan dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO dan Daftar Warisan Dunia dalam Bahaya. ***