LINGKAR MADIUN- Serangan udara Rusia yang intens menghantam kota pelabuhan Mariupol di Ukraina yang terkepung dan pertempuran jalanan berkecamuk pada Selasa (22 Maret), sehari setelah menolak permintaan Moskow untuk menyerah, kata para pejabat Ukraina.
Dewan kota mengatakan pemboman itu mengubah Mariupol menjadi "abu tanah mati".
Kantor berita Rusia RIA mengatakan pasukan Rusia dan unit separatis yang didukung Rusia telah mengambil sekitar setengah dari kota, mengutip seorang pemimpin separatis.
Gubernur wilayah Donetsk, Pavlo Kyrylenko, mengatakan pertempuran jalanan terjadi di sana dan warga sipil serta tentara Ukraina diserang oleh Rusia.
Baca Juga: Transfer Pemain: Bomber Senior Manchester United Hengkang, Inter Milan Siap Tampung Jasanya
Pada hari ke-27 perang di Ukraina, penderitaan warga sipil di Mariupol, yang biasanya berpenduduk 400.000 orang, menjadi semakin putus asa. Ratusan ribu diyakini terperangkap di dalam gedung, tanpa akses ke makanan, air, listrik, atau panas.
"Tidak ada yang tersisa di sana," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dalam pidato video di depan parlemen Italia .
Wakil Walikota Sergei Orlov mengatakan kepada CNN bahwa kota itu berada di bawah blokade penuh dan tidak menerima bantuan kemanusiaan.
"Kota ini dibom terus menerus, dari 50 bom menjadi 100 bom yang dijatuhkan pesawat Rusia setiap hari. Banyak kematian, banyak tangisan, banyak kejahatan perang yang mengerikan," kata Orlov.