Pemerintah Jepang Bujuk Warganya Menikah, Dibayar Rp84 Juta!

- 22 September 2020, 20:33 WIB
Bendera Jepang.
Bendera Jepang. /Pixabay/jorono/

LINGKAR MADIUN – Jepang telah menjadi salah satu negara paling maju di dunia.

Namun uniknya, di Jepang tingkat kelahiran warganya sangat rendah, bahkan dilaporkan terus menurun setiap tahunnya.

Tidak hanya kelahiran tinggi yang selama ini dipandang sebagai masalah, rendahnya tingkat kelahiran juga menjadi sebuah masalah.

Baca Juga: Sebulan Janda, Meggy Wulandari Menikah Lagi, Kiwil Tetap Tabah

Baca Juga: Alvin Lie: Bukan Mahasiswa kok Dapat Kuota Internet Gratis? Begini Tanggapan Mendikbud Nadiem

Dalam mengatasi masalah tersebut, pemerintah Jepang bahkan akan membayar uang sebesar 600.000 Yen atau sekitar Rp84 juta kepada warganya yang mau menikah.

Uang itu diberikan untuk memulai hidup pengantin baru Jepang, seperti membiayai sewa rumah.

Baca Juga: Zendaya Raih Emmy Awards 2020: Ada Harapan Buat Anak Muda!

Pemerintah Jepang mengatakan bantuan uang untuk memulai hidup baru bagi pengantin untuk meningkatkan jumlah kelahiran warganya. Program akan dimulai pada April 2021 mendatang.

"Karena angka kelahiran sangat rendah terutama dikaitkan dengan kecenderungan orang terlambat menikah atau tidak menikah, pemerintah akan mencoba meningkatkan pernikahan dengan meningkatkan program untuk memberikan sejumlah uang kepada pasangan yang baru menikah," kata pihak Kantor Kabinet Jepang, pada Minggu 20 September 2020 seperti dikutip Pikiran-rakyat.com dari Japan Today.

Baca Juga: Apa maksud Pasal 27 Ayat, 1, 2, dan 3? Begini Penjelasannya

Agar memenuhi syarat, baik suami maupun istri harus berusia di bawah 40 tahun pada tanggal pernikahan yang terdaftar dan memiliki pendapatan gabungan kurang dari 5,4 juta yen (Rp761 juta) sampai usia 35 tahun.

Hanya 281 kotamadya, atau 15 persen dari semua kota besar, kota kecil dan desa di Jepang, yang telah mengadopsi program dukungan pernikahan tersebut pada Juli 2020.

Tetapi, pemerintah Jepang mengatakan dalam upaya untuk meningkatkan jumlah pernikahan, pihaknya akan menanggung dua pertiga dari kebutuhan keuangan mulai 2021.

Baca Juga: Gudang Gula di Kediri Terbakar, Begini Kronologinya

Sebagaimana diberitakan Pikiran Rakyat pada artikel "Angka Kelahiran Rendah, Jepang Siap Bayar Warganya Rp84 Juta Biar Mau Menikah", program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran karena pasangan suami istri cenderung memiliki dua anak.

Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan mencapai rekor terendah tahun lalu. Indikator tingkat kesuburan wanita tercatat terus turun pada 1,35 tahun pada 2019.

Angka kelahiran bayi di Jepang tercatat turun 5,9 persen pada 2019 dengan jumlah kelahiran 865.000 bayi.

Baca Juga: Dua Warga Terseret Banjir, Ini Penyebab Banjir Bandang Sungai Cibuntu-Sukabumi

Fenomena ini merupakan kali pertama sejak pemerintah Jepang mulai mengumpulkan data kependudukan pada 1899.

Insentif bantuan ekonomi dianggap efektif untuk mendorong orang Jepang menikah.

Hal ini karena sekitar 29,1 persen pria lajang berusia 25 hingga 34 tahun dan 17,8 persen wanita lajang menyebutkan kurangnya dana pernikahan sebagai alasan mereka tetap tidak menikah.

Angka ini diketahui berdasarkan sebuah survei tahun 2015 oleh National Institute of Population and Social Security Research.*** (Julkifli Sinuhaji/Pikiran Rakyat)

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah