LINGKAR MADIUN – Beberapa pekan terakhir Prancis memanas. Terutama setelah pidato Presiden Prancis yang mendukung karikatur Nabi Muhammad sebagai kebebasan berekspresi ditentang negara mayoritas Muslim.
Serta serangkaian serangan yang terjadi di Prancis, seperti penyerangan terhadap Samuel Paty guru yang memunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelas. Dan penyerangan di Gereja Nice, Prancis yang menewaskan tiga orang.
Baca Juga: Setelah Lama Tak Muncul, Akhirnya Raja Thailand Vajiralongkorn Turun ke Jalan Menyapa Pendukungnya
Baca Juga: Emmanuel Macron Tuding Propoganda Boikot Produk Prancis Permainan Swasta Didukung Pemimpin Politik
Tak pelak, partai sayap kanan menyerukan pengusiran dan moratorium imigrasi dari negara-negara tertentu yang mengadakan protes anti-Prancis.
Presiden Partai Barisan Nasional Prancis, Marine Le Pen menyebut serangan itu sebagai "tindakan perang" yang membutuhkan respons seperti perang. Pada rapat umum di Nice pada Kamis malam, para pendukungnya meneriakkan agar umat Islam “pulang”.
Baca Juga: Gempa Bumi di Turki, Seorang Kakek 70 Tahun Selamat di Hari Ketiga Setelah Terjebak Puing-Puing
Baca Juga: Presidium KAMI Din Syamsuddin Dilaporkan ke BKN, Alumnus ITB: Kaya Binaan Kooptasi Counter Intel Aja
Tak hanya itu, di rue Alsace Lorraine dekat basilika, pengunjuk rasa pendukung sayap kanan menggedor jendela sebuah restoran Afrika utara.