LINGKAR MADIUN - Di Jepang ada beberapa pemuda yang tidak ingin keluar dari kamarnya atau biasa disebut dengan hikikomori.
Mereka bertekad untuk tetap berada di dalam kamarnya dengan membawa beberapa makanan.
Kebanyakan dari mereka memiliki toilet di dalam kamar, sehingga tidak perlu keluar ketika ingin buang air.
Konsep 'mengurung diri' di Jepang ini menarik perhatian banyak pihak, terutama mereka yang ahli dalam bidang psikologi.
Dilansir dari Suwa dan Hara, penelitian tentang Hikikomori sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dan setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda untuk melakukannya.
Hikikomori mirip dengan penarikan sosial yang ditunjukkan oleh beberapa orang dengan gangguan spektrum autisme.
Baca Juga: Air Rebusan Ini, Ampuh Turunkan dan Kontrol Gula Darah Jangka Panjang Bagi Penderita Diabetes
Beberapa psikiater berpendapat bahwa hikikomori mungkin terpengaruh oleh gangguan spektrum autisme dan gangguan lain yang mempengaruhi integrasi sosial.
Penelitian Suwa dan Hara pada tahun 2007 menemukan bahwa 5 dari 27 kasus hikikomori memiliki gangguan high-functioning pervasive developmental disorder (HPDD), dan 12 lainnya memiliki gangguan atau penyakit mental lainnya.
6 di antara mereka memiliki kasus gangguan kepribadian, 3 kasus gangguan obsesif-kompulsif, 2 kasus depresi, dan 1 kasus gangguan intelektual ringan di mana 10 dari 27 partisipan memiliki hikikomori utama.
Sampai saat ini, hikikomori tidak termasuk dalam buku ensiklopedia psikiatri DSM-5, karena data yang tidak mencukupi.
Menurut buku Michael Zielenziger, "Shutting Out the Sun: How Japan Created Its Own Lost Generation," sindrom ini lebih erat kaitannya dengan gangguan stres setelah trauma.
Sindrom ini juga sangat mirip dengan istilah gangguan kepribadian penghindar, agorafobia atau gangguan kecemasan sosial yang dikenal juga sebagai fobia sosial. ***