Kericuhan Saat Vaksinasi COVID-19 Seringkali Ditemui, Indonesia Kini Jadi Sorotan Dunia

4 September 2021, 09:48 WIB
Ilustrasi vaksinasi COVID-19. /Pexels/

LINGKAR MADIUN - Indonesia harus mempercepat vaksinasi untuk mengekang salah satu wabah COVID-19 terburuk di Asia.

Vaksin Sinovac kini menjadi pilihan utama dalam pengendalian virus setelah Indonesia mendapati peningkatan kasus yang luar biasa akhir-akhir ini.

Indonesia sebagai negara terpadat keempat di dunia bertujuan menyuntik 208 juta penduduknya pada Januari 2021 lalu.

Baca Juga: Elektabilitas Menurun, Yoshihide Suga Tak Akan Maju Menjadi Perdana Menteri Jepang Lagi

Namun pada akhir Agustus, hanya 17 persen dari populasi target yang telah divaksinasi lengkap.

Kecepatan vaksinasi yang lambat kontras dengan jumlah infeksi yang meningkat pesat dari varian Delta yang sangat menular di Indonesia.

Dilansir lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari China Daily, dijelaskan bahwa lebih dari 4 juta orang di Indonesia telah terinfeksi COVID-19 dan menewaskan lebih dari 133.000 orang.

Baca Juga: Dipinjamkan Barcelona ke Besiktas, Miralem Pjanic: Ronald Koeman Tidak Menghormati Saya

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemerintah menargetkan pemberian 50 juta dosis vaksin COVID-19 per bulan untuk memenuhi target.

Tetapi para ahli kesehatan mengatakan tujuan ini mungkin terlalu muluk-muluk mengingat kurangnya pasokan vaksin dan petugas kesehatan yang memadai.

Selain itu, faktor infrastruktur kesehatan yang buruk di seluruh negeri menjadi perhatian tersendiri.

Baca Juga: Susu Tempe, Minuman Unik dengan Nutrisi Selangit Ampuh Sikat Diabetes dan Kolesterol, Tertarik Coba?

"Kita bisa menentukan target (vaksinasi) apa saja, tapi masalahnya adalah apakah vaksin yang tersedia cukup untuk didistribusikan ke seluruh negeri," kata Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Lebih dari 200 juta dosis vaksin telah tiba di Indonesia pada 23 Agustus 2021, dengan lebih dari 80 persen di antaranya dari produsen obat China, Sinovac Biotech.

Sebagian besar vaksin dikirim dalam jumlah besar ke perusahaan farmasi milik negara Indonesia, Bio Farma, yang bermitra dengan Sinovac dalam memproses dan mengemasnya.

Baca Juga: Benci Suara Kunyahan Orang Lain Saat Makan? Bisa Jadi Kamu ‘Derita‘ Fenomena Ini, Simak Ulasannya

Selain Sinovac Biotech, Sinopharm, AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer juga memasok vaksin ke Indonesia.

Menurut A'an Suryana, Sarjana tamu di ISEAS - Yusof Ishak Institute, sebuah pusat penelitian di Singapura menyatakan Indonesia masih sulit mengejar vaksinasi penuh.

Hal ini terjadi karena jadwal pengiriman vaksin bervariasi yang kemudian mempengaruhi kecepatan program vaksinasi itu sendiri.

Baca Juga: Luar Biasa, Peneliti Ungkap Terapi Baru Kanker Menggunakan Gelombang Bunyi

"Meskipun Indonesia telah kedatangan vaksin dalam jumlah besar, di lain waktu, persediaan yang terbatas membuat petugas kesehatan harus menunggu dosis vaksin yang datang," ucap Suryana.

Menurut Suryana, jumlah suntikan harian yang diberikan berfluktuasi. Contohnya pada 14 Juli 2021 lalu, rekor 2,4 juta dosis diberikan, namun pada hari-hari lain kurang dari 1 juta dosis.

Tjandra Yoga Aditama menambahkan bahwa sebagian besar vaksinasi dilakukan di stadion dan sekolah yang ramai, hal yang juga akan meningkatkan risiko orang tertular virus.

Baca Juga: Hilangkan Nyeri Lutut dengan 3 Makanan Murah dan Mudah Dijumpai di Indonesia

Pemerintah seharusnya membuka lebih banyak pusat kesehatan masyarakat untuk mengurangi kepadatan dan menjaga infeksi di antara mereka yang menunggu giliran.

Irma Hidayana, salah satu pendiri kelompok pemantau data Lapor COVID-19 di Jakarta, mengatakan ketidakadilan vaksin sulit meningkatkan inokulasi (pemberian virus mati dalam vaksin) pada lebih banyak orang.

Dia mengatakan bahwa selain kendala pasokan, kekhawatiran yang lebih besar adalah masalah seputar bagaimana vaksin ini didistribusikan dan siapa yang harus mendapatkannya.

Baca Juga: Hati-hati Jika Muncul Garis Ini di Kuku, Bisa Jadi Pertanda Penyakit Tertentu, Segera Periksa Kukumu

Kesan ‘rebutan vaksin’ menjadi perhatian utama, terutama karena tidak ada batasan yang jelas siapa yang bisa menerima vaksin, jadi semua tumpah ruah datang ke sentra vaksinasi.

A’an Suryana menjelaskan, peningkatan COVID-19 varian Delta telah memangkas jumlah orang yang sudah memenuhi syarat untuk memberikan vaksin.

Dia mengatakan, pandemi yang memburuk telah memaksa sebagian besar petugas kesehatan meninggalkan jabatannya sebagai vaksinator untuk fokus merawat pasien COVID-19.

Baca Juga: Gagal di AC Milan, Mario Mandzukic Putuskan Gantung Sepatu dari Dunia Sepak Bola

Harif Fadhillah, Ketua Persatuan Perawat Indonesia, mengatakan 166.000 relawan telah dilatih untuk membantu pemerintah mempercepat program inokulasi.

Dia mengatakan sebagian besar relawan adalah lulusan baru sekolah perawat dan anggota organisasi kepemudaan.

Indonesia pada bulan Juli meningkatkan anggaran kesehatan 2021, dari awal Rp87,55 triliun menjadi Rp193,93 triliun.

Baca Juga: Bersihkan Tubuh dari Kolesterol Jahat, dengan Mengonsumsi Makanan Nikmat Ini, Dijamin Efektifnya?

Hal tersebut dilakukan untuk memungkinkan lebih banyak pengujian dan pelacakan kontak serta perawatan yang lebih baik.

Pakar kesehatan mengatakan infrastruktur kesehatan Indonesia yang buruk, kini sangat terbebani oleh pandemi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, hanya ada enam tempat tidur rumah sakit dan satu dokter untuk setiap 10.000 orang Indonesia. ***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Tags

Terkini

Terpopuler