Sapi Pengungsi Gunung Merapi akan Gunakan Barcode

- 12 Desember 2020, 16:04 WIB
Ilustrasi sapi dengan identitas
Ilustrasi sapi dengan identitas /Ave Calvar Martinez/pexels

Lingkar Madiun – Bupati Magelang Zaenal Arifin menyampaikan bahwa sapi dan hewan ternak lain milik para pengungsi Gunung Merapi akan mendapatkan barcode (kode batang) sebagai identitas. Pernyataan ini dibuat Zaenal pada hari Kamis, 10 Desember 2020.

Menurut Zaenal, barcode ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Magelang yang sedang gencar melaksanakan program digitalisasi, dikutip Lingkar Madiun dari Antara Jateng pada hari Sabtu, 12 Desember 2020.

Baca Juga: Ternyata Ini 10 Efek Saat Berhenti Mengonsumsi Daging Merah

Baca Juga: 7 Seafood Kaya Nutrisi Rekomendasi Para Ahli Gizi

Tujuannya agar semua data yang berkaitan dengan pengungsi Gunung Merapi bisa diakses dengan cepat, mudah, dan akurat.

"Saya sudah berdiskusi dengan Kominfo kaitannya dengan digitalisasi. Kalau hewan ternak ini nanti juga akan ada barcode-nya, punya siapa, di mana, bagaimana kondisinya, diungsikan di pasar mana juga harus jelas," tutur Zaenal.

Bukan hanya ternak, semua data warga yang mengungsi juga akan disimpan secara digital agar Pemrintah bisa menangani warga dengan maksimal saat erupsi Gunung Merapi terjadi.

“Warga juga harus didata secara digital. Pengungsi dari mana larinya ke mana, kebutuhannya apa. Ini yang mesti harus didorong agar ketika terjadi erupsi, penanganan bisa lebih maksimal,” ujar Zaenal.

Baca Juga: Pria Wajib Hindari 5 Makanan Ini agar Kesehatan Tubuh Terjaga

Selain itu, digitalisasi data juga akan memudahkan ketika ada kelompok rentan yang membutuhkan bantuan. Kelompok ini meliputi orang tua (manula), anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan kaum disabilitas.

Semua data terebut akan tersedia di aplikasi Jannoko Pengungsi Magelang buatan Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kabupaten Magelang.

Zaenal mengungkapkan bahwa Gunung Merapi saat ini masih memiliki aktivitas yang tinggi dengan deformasi yang lebih tinggi daripada letusan sebelumnya pada tahun 2006.

Berdasarkan catatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, deformasi  Gunung Merapi saat ini telah mencapai lima meter per 7 Desember 2020, tetapi erupsi belum terjadi.

"Kita memang tidak pernah tahu rahasia Tuhan dan Merapi itu, tetapi setidaknya kita sudah mempersiapkan terlebih dahulu. Saya harap zero korban," ucap Zaenal.

Baca Juga: 10 Makanan Ini Kaya Vitamin D, Tulang Sehat tanpa Sengatan Matahari

Untuk memaksimalkan upay amenghadapi erupsi Gunung Merapi, Zaenal telah bekerja sama denagn Forkopimda Kabupaten Magelang dan dinas terkait.

Zaenal mengatakan bahwa menangani dampak erupsi di saat pandemi COVID-19 seperti ini bukanlah perkara mudah, sehingga dibutuhkan komunikasi yang baik agar pelayanan untuk masyarakat bisa berjalan lancar.

"Saya mengapresiasi atas dukungan berbagai pihak, baik TNI, Polri, BPBD, Satpol PP dan Damkar, Dinas Kesehatan, para relawan dan unsur masyarakat lainnya yang selama ini sudah bersama-sama mendukung Pemerintah Kabupaten Magelang dalam menangani pengungsian Merapi dan pencegahan penyebaran COVID-19," pungkasnya.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Antara Jateng


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah