LINGKAR MADIUN - Setelah penarikan besar-besaran pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan, kini negara tersebut menjadi sorotan dunia.
China adalah salah satu yang menyorotinya di mana negara pimpinan Xi Jinping itu menilai AS melakukan banyak sekali kesalahan di Afghanistan.
Menurut China, AS sering berdalih perang melawan teror, padahal apa yang mereka lakukan itu adalah sebuah teror.
Dilansir lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari Xinhua pada 19 September 2021, dijelaskan bahwa tidak ada yang patut disalahkan dalam kehancuran Afghanistan selain Amerika Serikat.
Baca Juga: 2 Penyakit Manusia di Akhir Zaman yang Tidak Ada Obatnya, Sebagai Pengingat untuk Segera Bertaubat?
Pada Jumat, 17 September 2021, AS mengakui bahwa ada 10 korban termasuk tujuh anak-anak dalam serangan pesawat tak berawak pada 29 Agustus 2021 lalu di Afghanistan.
Korban semuanya adalah warga sipil yang tidak bersalah, dan bukan apa yang diklaim pada awalnya sebagai teroris negara Islam (ISIS).
Ini menambahkan bukti baru bahwa AS memang merupakan ancaman mengerikan bagi keamanan regional, meskipun memiliki slogan "anti-terorisme."
Baca Juga: Teknik Relaksasi dan Memetakan Pikiran Agar Sukses Wawancara Kerja, Pelamar Harus Tahu!
Brandon Bryant, mantan operator pesawat tak berawak AS, juga telah mengungkapkan fakta yang mengejutkan kepada media.
Bryant mengatakan kepada media bahwa ia pernah secara tidak sengaja membunuh seorang anak di Afghanistan, dan atasannya mengatakan kepadanya "itu hanya seekor anjing."
Pembunuhan berdarah dingin terhadap orang-orang yang tidak bersalah dapat dilihat di mana-mana dan setiap saat dalam seluruh proses "perang kontra terorisme" AS di Afghanistan.
Baca Juga: Cara Jitu Atasi Ketegangan Menjelang Tes Wawancara Kerja, Hindari Minum Kopi dan Lakukan Hal ini!
Perang selama dua dekade di Afghanistan telah menghadirkan pertumpahan darah dan korban sipil yang mengerikan.
Statistik yang tidak lengkap menunjukkan bahwa sejak memasuki medan perang pada Oktober 2001, pasukan AS telah menyebabkan lebih dari 30.000 kematian warga sipil.
Yang lebih berduka adalah kematian anak-anak. Antara 2016 dan 2020, sekitar 1.600 anak tewas dalam serangan udara pimpinan AS di Afghanistan.
Perang yang dilancarkan atas nama memerangi terorisme di Afghanistan hanya membuat negara itu semakin miskin, lemah, dan kacau.
Pada tahun 2020, 47,3 persen penduduk Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan nasional, menurut data dari Asian Development Bank.
Pada 2019, 34,3 persen orang yang bekerja di negara itu berpenghasilan kurang dari 1,9 dolar per hari.
Baca Juga: Disamakan dengan Oppa Korea, Rafathar Akui Dirinya Jelek? Nagita Slavina Geli
Sangat disesalkan bahwa beberapa media Barat telah menggunakan segala cara untuk menutupi kekejaman AS terhadap kemanusiaan di semua negara korban.
AS harus secara serius merenungkan dan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya di seluruh dunia, dan memastikan tragedi berdarah tidak akan terjadi lagi. ***