Banyak Warga yang Kelaparan, Kudeta Militer Myanmar Dianggap Membawa Bencana Kemanusiaan

- 28 Oktober 2021, 15:09 WIB
 Orang-orang terlantar akibat pertempuran di Myanmar barat laut antara pasukan junta dan pejuang anti-junta berjalan di Negara Bagian Chin, Myanmar, pada 31 Mei 2021.
Orang-orang terlantar akibat pertempuran di Myanmar barat laut antara pasukan junta dan pejuang anti-junta berjalan di Negara Bagian Chin, Myanmar, pada 31 Mei 2021. /Reuters/ Stringer

LINGKAR MADIUN - Khin, seorang petani padi berusia 59 tahun asal Myanmar menghadapi pilihan sulit ketika berada di puncak musim hujan.

Kondisi benar-benar buruk ketika harga pupuk melonjak tinggi, karena kudeta militer dan merebaknya COVID-19 membuat semua hal terasa sulit.

Bahkan tiga bulan lalu, Khin terpaksa menjual seekor sapi miliknya dengan harga setengah dari nilai jualnya.

Baca Juga: Presiden AS Biden Untuk Mendukung Asia dalam Kebebasan Laut dan Demokrasi dan Menyerang China di Taiwan 

Dilansir dari The New Humanitarian, hasil penjualan sapi digunakan untuk membeli makanan untuk keluarganya, dan tambahan modal untuk pertanian padi kecilnya di zona kering.

"Kami hanya makan apa saja yang tersedia," ungkap Khin kepada The New Humanitarian melalui sambungan telepon.

Khin menyalahkan nasib keluarganya pada ketidakstabilan politik sejak kudeta, dan gelombang ketiga pandemi COVID-19.

Baca Juga: Indonesia Masih Belum, Malaysia Sudah Izinkan Warganya untuk Umrah Jika Sudah Vaksinasi Penuh 

Saat ini, biaya untuk keperluan pertanian, seperti pupuk mengalami lonjakan, sedangkan harga tanaman terus mengalami penurunan.

Halaman:

Editor: Dwiyan Setya Nugraha


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x