Ternyata PKI Pernah Ambil Alih RRI, Simak Ulasannya

- 30 September 2020, 12:11 WIB
Ilustrasi PKI.*
Ilustrasi PKI.* /Instagram @hccjawabarat/

Lingkar Madiun - G30S/PKI atau Peristiwa Gerakan 30 September 1965telah membuat siapun yang mengingatnya menyisakan luka dalam bagi mereka yang terlibat.

Sebagian anggota G30S telah menyambangi RRI pada 1 Oktober 1965 oleh Satuan Tugas (Satgas) Bimasakti pimpinan Kapten Suradi, Setelah pasukan G30S/PKI selesai melaksanakan misinya untuk menculik beberapa anggota militer.

Selanjutnya, sekitar pukul 07.00 sampai 07.20 WIB pasukan G30S pertama kali menyiarkan pengumuman melalui RRI atas aksi yang mereka lakukan pada dini hari 1 Oktober 1965. Tidak tanggung-tanggung, pasukan G30S masih menduduki RRI hingga pukul 07.40 WIB.

Baca Juga: Meski Sedang Corona, Jokowi: Pilkada Serentak 2020 Dimasa Pandemi Bukan Mustahil

Baca Juga: Lega! 127 Tenaga Kesehatan RSUD dr. Soedono Madiun Negatif Covid 19

Pasukan yang memenuhi RRI adalah Batalyon 454 dari Jawa Tengah dan Batalyon 530 dari Jawa Timur, mereka menempati sisi utara lapangan di depan istana. Sementara di sisi barat depan RRI dan sisi selatan dekat gedung telekomunikasi telah ditutup.

Bahkan, dilaporkan juga bahwa jaringan telepon di Jakarta telah diputus. Kemudian, pada pukul 08.15 WIB, pasukan G30S kembali menyiarkan pengumuman di RRI yang telah dibacakan sebelumnya pukul 07.00 sampai 07.20 WIB.

Pada pukul 11.00 WIB, disiarkan kembali oleh bagian penerangan pasukan G30S. Mereka menyiarkan dekrit Nomor 1 tentang pembentukan Dewan Revolusi Indonesia.

Pada pukul 14.00 WIB para pasukan melalui RRI kembali mengumumkan pernyataan dari Gerakan 30 September, yaitu mengenai dua keputusan; Susunan Dewan Revolusi Indonesia, dan Penurunan dan Penaikkan Pangkat.

Baca Juga: Anak ‘Jenderal MT Haryono’ Kenang Peristiwa G30S PKI: Keluar, Jenderal, Keluar!

Baca Juga: Kabar Duka, Pemimpin Kuwait Emir Meninggal Dunia di Usia 91

Namun, RRI yang dikuasai oleh mereka ternyata tidak bertahan lama. Sekitar jam 7 Sore pasukan RPKAD mengambil alih RRI, kemudian beberapa pasukan tertangkap dan sisanya kabur.

Selanjutnya, pada pukul 21.00 WIB tepat tanggal 1 Oktober RRI Jakarta kembali mengudara kembali dengan suara resmi pemerintahan.

Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September (G-30-S/PKI). Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September. 

Baca Juga: Kemendikbud Perkuat Guru SMK Dibidang Kecerdasan Buatan (AI)

Baca Juga: Kisah Mitos Tsunami Pantai Selatan Jawa, Ternyata Pernah Terjadi 400 Tahun Lalu

Selain itu pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.

Pada 29 September sampai 4 Oktober 2006, para eks pendukung PKI mengadakan rangkaian acara peringatan untuk mengenang peristiwa pembunuhan terhadap ratusan ribu hingga jutaan jiwa di berbagai pelosok Indonesia. 

Acara yang bertajuk "Pekan Seni Budaya dalam rangka memperingati 40 tahun tragedi kemanusiaan 1965" ini berlangsung di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok. Selain civitas academica Universitas Indonesia, acara itu juga dihadiri para korban tragedi kemanusiaan 1965, antara lain Setiadi, Murad Aidit, Haryo Sasongko, dan Putmainah. ***

Editor: Yoga Pratama Widiyanto

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah