Aktivitas Industri Lambat di Tengah Pandemi, Emisi Gas Rumah Kaca Jepang Turun ke Rekor Terendah

16 April 2022, 09:15 WIB
Ilustrasi - berikut kunci jawaban KUIS HARI BUMI kategori dewasa dan umum: efek rumah kaca /Pixabay/anncapictures

LINGKAR MADIUN - Emisi gas rumah kaca Jepang turun ke rekor terendah pada tahun keuangan yang berakhir pada bulan Maret 2021.

Angka pemerintah menunjukkan pada hari Jumat, akibat aktivitas industri yang lebih lambat di tengah pandemi dan penggunaan energi terbarukan yang lebih luas.

Penurunan 5,1 persen menandai penurunan tujuh tahun berturut-turut.

Emisi untuk 2020 sampai 2021 turun menjadi setara dengan 1,15 miliar ton karbon dioksida (CO2) dari 1,21 miliar ton tahun sebelumnya.

Baca Juga: Xavi Hernandez Salahkan Pimpinan Barcelona Ketika Situasi Aneh Terjadi Di Camp Nou Menyusul Kekalahan Timnya

Level 2020 sampai 2021 adalah yang terendah sejak 1990 sampai 1991, ketika Jepang mulai mengumpulkan data emisi gas rumah kaca, data revisi dari kementerian lingkungan menunjukkan.

Jepang, penghasil karbon terbesar kelima di dunia, menaikkan target iklimnya pada April 2021, berjanji untuk memangkas emisi sebesar 46 persen dari level 2013,

Jika ini tercapai, emisi 2030 akan menjadi 0,76 miliar ton.

Angka 2020 sampai 2021 mewakili pengurangan 18,4 persen dari level 2013.

Baca Juga: Perang Rusia dan Ukraina: Kanada Akan Kerahkan Hingga 150 Militer ke Polandia Ditengah Serangan Baru Rusia

“Meskipun emisi telah menurun selama tujuh tahun berturut-turut, kami masih jauh dari mencapai netralitas karbon dan tidak bisa optimis,” Masayuki Koiwa, seorang direktur di kementerian tersebut.

“Untuk mencapai target 2030 dan target netralitas karbon 2050, kita perlu memaksimalkan penggunaan energi terbarukan,” katanya.

Kementerian akan mempromosikan tenaga surya khususnya untuk memenuhi target 2030 karena metode pembangkitan itu dapat diterapkan dengan cepat.

Emisi Jepang melonjak setelah bencana nuklir 2011 di Fukushima yang menyebabkan penutupan pembangkit listrik tenaga nuklir dan meningkatkan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Baca Juga: Gempa Berkekuatan 5,6 SR Mengguncang Qinghai China pada 15 April 2022

Akan tetapi telah berubah lebih rendah sejak mencapai puncak 1,41 miliar ton pada tahun 2013 sampai 2014.

Sepuluh reaktor telah dihidupkan kembali, paling banyak sejak insiden Fukushima, meskipun hanya lima yang saat ini beroperasi.

Energi terbarukan menyumbang 19,8 persen dari pembangkit tenaga listrik sebesar satu triliun kilowatt jam pada 2020 sampai 2021, naik 1,6 poin persentase dari tahun sebelumnya.

Energi nuklir turun 2,3 poin persentase menjadi 3,9 persen, sementara tenaga panas naik 76,3 persen, naik 0,7 poin persentase, data kementerian industri.***

Editor: Khoirul Ma’ruf

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler