Setelah Dijatuhi Sanksi AS atas Kudeta Myanmar, Para Pengujuk Rasa Tetap Menentang Para Pemimpin Militer

- 13 Februari 2021, 11:00 WIB
Para pengunjuk rasa menentang junta Myanmar setelah AS menjatuhkan sanksi
Para pengunjuk rasa menentang junta Myanmar setelah AS menjatuhkan sanksi /Dok. CTV NEWS

Baca Juga: Keren! 6 Brand Produk Asli Indonesia Ini Berhasil Menembus Pasar Global, Diminati Berbagai Negara

Di kota pesisir Dawei, jalanan dipenuhi dengan pengunjuk rasa yang memberikan pidato berapi-api, banyak yang membawa bendera merah dengan burung merak, simbol kebanggaan dan perlawanan nasional.

Ribuan orang juga berkumpul di Myitkyina, ibu kota negara bagian Kachin di utara jauh, dengan para pria muda memainkan musik rap dan melakukan dance-off.

Di ibu kota Naypyidaw, beberapa demonstran menutupi kepala mereka dengan seprai dan berpakaian seperti hantu dengan kacamata hitam di bawah terik matahari. Salah satunya membawa plakat bertuliskan "Tidak semua hantu itu menakutkan. Tapi polisi Burma lebih menakutkan".

Saat Washington mengumumkan sanksi , anggota parlemen Uni Eropa pada Kamis menyerukan tindakan dari negara mereka dan Inggris mengatakan sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk menghukum para pemimpin kudeta.

Baca Juga: Cek Fakta: Lowongan Kerja Pegawai Pandu PT Pelabuhan Indonesia II Dibuka 3-17 Februari 2021, Ini Penjelasannya

Baca Juga: 10 Keutamaan Puasa Rajab, Salah Satunya 8 Pintu Surga akan Dibuka

Pendukung Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi menyambut baik sanksi AS itu, tetapi mengatakan tindakan lebih keras diperlukan untuk memaksa militer membebaskannya dari tahanan rumah dan mengakui kemenangan telak NLD dalam pemilihan November.

"Kami mengharapkan lebih banyak tindakan daripada ini karena kami menderita setiap siang dan malam kudeta militer di sini di Myanmar," kata pendukung Aung San Suu Kyi, Moe Thal, 29, dikutip dari Reuters.

"Kami ingin menyelesaikan secepatnya. Kami mungkin membutuhkan lebih banyak hukuman dan tindakan terhadap penjabat presiden dan jenderal Myanmar."

Halaman:

Editor: Khoirul Ma’ruf

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah