Keputusan tersebut kemudian memicu serangan Turki terhadap SDF yang telah lama dianggap sebagai ancaman karena dipimpin oleh YPG.
Akibat insiden tersebut, serta kritik dari dalam dan luar negeri, Trump kembali menempatkan pasukan AS di timur laut Suriah.
Baca Juga: Ternyata Gejala Kolesterol Tinggi Bisa Dirasakan di Bagian Kaki? Simak Begini Ulasannya
Terkait spekulasi penarikan pasukan AS di Suriah ini, asisten pejabat senior yang bekerja pada kebijakan Timur Tengah di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih memberikan pendapatnya.
Menurutnya, spekulasi penarikan pasukan AS di timur laut Suriah terlalu berlebihan, karena Suriah tidak sama dengan Afghanistan.
"Orang-orang berbicara tentang bagaimana kami mengakhiri perang tanpa akhir, seolah-olah kami memiliki strategi ini untuk sepenuhnya meninggalkan semua komitmen kami di Timur Tengah," ungkap pejabat yang enggan diketahui namanya tersebut.
Baca Juga: Minum Teh dan Kopi Setiap Hari Bisa Bantu Perpanjang Usia, Benarkah? Begini Penjelasannya
"Kami tahu bahwa Afghanistan dan Suriah adalah dua tempat yang berbeda, dan itulah mengapa kebijakan kami terhadap masing-masing negara juga berbeda," tambahnya.
"Ukuran dan sifat tujuan kami, kedalaman keterlibatan kami, dan jenis lingkungan tempat kami beroperasi di Suriah benar-benar berbeda," tutupnya. ***