Baca Juga: UPDATE Virus Corona 5 November 2020, Indonesia Peringkat 2 ASEAN
Ia setuju untuk membelot karena perselisihannya dengan atasannya. Namun, sebelum misi Mossad itu berjalan, Helmy keburu dibunuh di Amerika Selatan, beberapa bulan kemudian setelah kesepakatan dengan Mossad.
Mossad tak pernah kehilangan akal, dalam upaya ketiganya, Mossad akhirnya menemukan peruntungan. Yaitu pada tahun 1964 ketika seorang pria Irak, dengan nama sandi "Yusuf," menghubungi pihak Israel.
Yusuf memberi tahu mengenai pilot Angkatan Udara Irak yang seharusnya memulai pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Randolph di Texas.
Berdasar buku yang ditulis Bill Norton, Air War on the Edge, A History of the Israel Air Force and its aircraft since 1947, terbit tahun 2004, setelah mendapat informasi itu, Mossad mencari pilot yang bersedia membelot.
Seorang pilot Irak bernama Munir Redfa dikabarkan tidak puas karena latar belakang agama Kristen. Sehingga mustahil mendapat promosi dalam militer Irak.
Baca Juga: Netizen Ramai-ramai Sebut Pilpres Amerika 'Donald Trump dan Joe Biden' Mirip Politik Indonesia
Kabarnya, Redfa juga tidak senang saat dia dikirim dalam misi terbang melawan Kurdi Irak, kelompok etnis yang terpinggirkan di negara itu.
Untuk menjalankan misi tersebut, Mossad mengirim seorang agen wanita untuk menjalin hubungan dengan pilot tersebut dan kemudian mengundangnya untuk bertemu dengan delegasi tingkat tinggi Israel.