Baca Juga: Merasa Putus Asa, Trump Klaim Adanya Penipuan di Pilpres AS: Memalukan Negara Kita
Dalam pertemuan itu pihak Israel mengintimidasi Redfa dengan menceritakan dua pilot Irak yang tewas. Sebelumnya dua pilot itu telah bernegoisasi dengan pihak Mossad namun tak berujung kesepakatan.
Salah satunya ditembak mati oleh agen Mossad di bar Texas setelah menolak tawaran untuk membelot.
Dan pilot kedua terlempar dari kereta karena menuntut imbalan yang berlebihan sebagai ganti pembelotannya.
Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka Bisa Mulai Dilakukan Untuk Wilayah Zona Kuning dan Zona Hijau
Pilot ketiga, Munir Redfa ditawari hadiah uang tunai dan kewarganegaraan Israel. Melihat, dua rekannya tewas, dia setuju untuk membelot.
Redfa kemudian diterbangkan untuk menemui Mayor Jenderal Mordechai “Mottie” Hod, komandan IAF untuk membahas strategi dan jalur penerbangan.
Di saat bersamaan, Mossad mengekstraksi keluarga Redfa dari Irak untuk menghindari kemungkinan pembalasan.
Baca Juga: APBN 2021 Masih Difokuskan Untuk Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi
Jet tempur MiG-21 pun terbang pada 16 Agustus 1966, Redfa menerbangkannya dari Pangkalan Udara Habbaniyah, sebelah barat Baghdad dan melewati Yordania, dan memasuki wilayah udara Israel di selatan Laut Mati untuk menghindari deteksi radar Yordania.