Krisis Lingkungan Memburuk, Kemasan ‘Reusable‘ Ternyata Tak Lebih Baik Daripada Plastik?

15 September 2021, 15:20 WIB
Bagaimana Cara Menghargai Usaha Membuat Benda-benda Daur Ulang? Tema 2 Kelas 5 SD MI Halaman 106 Subtema 3. /Pixabay/EKM-Mittelsachsen

LINGKAR MADIUN – Dunia menghadapi ancaman serius serius pandemi, itulah yang digagas oleh para ilmuwan lingkungan beberapa pekan ini.

Kemasan makanan adalah sumber utama limbah dunia, sehingga kemasan dengan embel-embel ‘ramah lingkungan‘ dan dapat digunakan kembali (reuse) banyak diproduksi.

Baca Juga: Botol Plastik Ternyata Beracun, Jika Bertanda PET Dapat Keluarkan Antimon Logam Berat Sebabkan Gangguan Hormon

Meskipun sekilas lebih aman daripada penggunaan kemasan plastik, para peneliti justru meragukan bahwa kemasan reusable sebenarnya bisa lebih buruk bagi lingkungan daripada kemasan sekali pakai.

Kemasan reusable harus lebih kuat dan tahan lama agar dapat digunakan beberapa kali dan harus dibersihkan setelah setiap kali digunakan, proses tersebut mengkonsumsi lebih banyak bahan dan energi serta meningkatkan jejak karbon.

Baca Juga: Lanjutkan Kolaborasi dengan Badan Energi Internasional, Indonesia Berkomitmen Menuju Bebas Karbon 2050

Hasil penelitian menunjukkan dengan jelas bahwa kemasan styrofoam sejauh ini merupakan pilihan terbaik untuk lingkungan di antara kemasan makanan sekali pakai.

Hal ini terutama karena styrofoam hanya menggunakan 7,8 gram bahan mentah dibandingkan dengan 31,8 gram kontainer PP.

Juga, styrofoam membutuhkan lebih sedikit listrik untuk produksi dibandingkan dengan kemasan aluminium.

Baca Juga: Apakah Teknologi 5G Lebih Boros Listrik? Simak Penjelasan Para Ahli Di Cina

Bahkan kemasan reusable harus digunakan kembali antara 16 dan 208 kali agar dampak lingkungannya sama dengan kemasan styrofoam sekali pakai.

LINGKAR MADIUN merangkum penelitian yang diulas oleh CNA, peneliti menilai 12 dampak lingkungan di seluruh siklus hidup kemasan kemasan.

Baca Juga: Jangan Pernah Beli Air Botol Plastik Lagi! Bisa Meracuni, Bersifat Karsinogenik, Hingga Menyebabkan Kematian

Dampak lingkungan kemasan kemasan meliputi kontribusi kemasan terhadap pemanasan global dan hujan asam, toksisitasnya terhadap manusia dan ekosistem alami, serta pengaruhnya terhadap lapisan ozon.

Untuk meminimalisir efek berbahaya pada lingkungan, Anda harus menggunakan kembali kemasan makanan selama 16 kali untuk melawan dampak polusi udara, serta menggunakan kemasan sekali pakai 208 kali untuk melawan dampak produksi industri.

Baca Juga: Izinkan Industri Ekspor Beroperasi, Jokowi: Akan Ditutup Jika Muncul Klaster Baru

Di sisi lain, menggunakan kemasan reusable mungkin akan berbahaya bagi kesehatan, karena banyak kemasan reusable yang tidak didesain untuk bisa dicuci sebanyak itu dan menyimpan bahan makanan panas.

Styrofoam yang dijagokan dalam hal kemasan reusable pun diragukan apakah bisa dengan cepat diuraikan dalam tanah.

Belum lagi, daur ulang styrofoam mengalami kendala dari berbagai hal.

Baca Juga: Bisa Picu Bahaya, 4 Jenis Minuman Kemasan Ini Jangan Sampai Dikonsumsi Anak!

Meskipun secara teknis memungkinkan, densitas styrofoam yang rendah (mengandung 95 persen udara) berarti styrofoam dalam jumlah besar perlu dikumpulkan dan dipadatkan didaur ulang, hal ini membuat daur ulang styrofoam rumit secara ekonomi.

Namun bukan berarti menggunakan kemasan reusable itu buruk bagi planet ini. Yang diperlukan adalah membuat kemasan dengan kualitas tinggi agar bisa tahan walaupun dipakai bertahun-tahun tanpa membahayakan kesehatan.

Baca Juga: Mengejutkan! Buah Ini Memiliki Sejuta Manfaat Mengontrol Asam Urat, Menjaga Kesehatan Mental, Mata dan Jantung

Anda harus sadar bagaimana alur pembuangan limbah jika Anda ingin mengganti atau membuang kemasan reusable yang Anda miliki.

Sebisa mungkin hindari penggunaan plastik. Apabila Anda memilih untuk kemasan sekali pakai, maka kemasan dengan bahan kertas adalah yang terbaik.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Tags

Terkini

Terpopuler