Diplomat Rusia - Ukraina Akan Bertemu Pertama Kalinya di Turki Kala Invasi Telah Korbankan Hampir 2 Juta Nyawa

- 10 Maret 2022, 14:45 WIB
Ilustrasi. Konflik antara Rusia dan Ukraina banyak menjadi pemicu ketegangan keluarga yang saling berselisih pendapat.
Ilustrasi. Konflik antara Rusia dan Ukraina banyak menjadi pemicu ketegangan keluarga yang saling berselisih pendapat. /Freepik/pch.vector

Baca Juga: Tak Hanya Lionel Messi yang Marah, Kini Presiden PSG Serbu Ruang Ganti Wasit Usai Dipermalukan Real Madrid 3-1

Moskow telah mengatakan siap untuk melakukan pembicaraan dengan Ukraina, tetapi semua tuntutannya termasuk bahwa Kyiv mengambil posisi netral dan membatalkan aspirasi untuk bergabung dengan aliansi NATO harus dipenuhi untuk mengakhiri serangannya.

Delegasi dari kedua negara telah mengadakan tiga putaran pembicaraan sebelumnya, dua di Belarus dan satu di Ukraina. 

Meskipun ada tanda-tanda positif pada pengaturan kemanusiaan, negosiasi tersebut berdampak kecil.

Baca Juga: Meski Cetak Assist Gol Tunggal PSG, Neymar Dapat Kritik Pedas Karena Hal Ini, Daniel Riolo: Neymar ialah Badut

Baca Juga: Yoon Suk Yoel Terpilih Jadi Presiden Korea Selatan Pertama Tanpa Pengalaman Politik Cerminkan Keinginan Publik

Moskow menyebut serangannya sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan mengusir para pemimpin yang disebutnya "neo-Nazi." 

Kyiv dan sekutu Baratnya menganggap itu sebagai dalih tak berdasar untuk perang tak beralasan melawan negara demokratis berpenduduk 44 juta orang.

Menyatukan Lavrov dan Kuleba menandai "langkah maju" dan dapat meningkatkan diplomasi di tingkat yang lebih tinggi di Moskow, kata Mustafa Aydin, profesor di Universitas Kadir Has di Istanbul.

Baca Juga: Polri Prediksi Pasokan Pangan Indonesia Cukup hingga Hari Raya Lebaran, Detail Perubahan Harga Sembako

Halaman:

Editor: Khoirul Ma’ruf

Sumber: Jerusalem Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah