Angkatan Udara Israel Unggah Foto Jet Tempur MiG-21 Rusia Hasil Curian dari Irak Diberi Nomor 007

- 5 November 2020, 10:54 WIB
Ilustrasi Angkatan Udara Israel.
Ilustrasi Angkatan Udara Israel. /Twitter/@IAFsite

LINGKAR MADIUN –  Tepat di hari meninggalnya Sean Connery aktor yang memerankan agen rahasia ikonik ‘James Bond’ pada Jumat, 30 Oktober 2020, Angkatan Udara Israel (IAF) mengunggah foto yang berkaitan dengan James Bond.

Melalui akun Twitter resmi Angkatan Udara Israel (IAF)  menggungah foto legendaris Sean Connery bersama jenderal Israel Moti Hod.

Sean Connery bersama jenderal Israel Moti Hod berdiri membelakangi MiG-21 Irak, bernomor '007' merujuk Agen 007 James Bond.

Baca Juga: Ferencvaros vs Juventus, Nyonya Tua Kembali Tempel Barca Setelah Cukur Ferencvaros di Budapest

Baca Juga: RB Leipzig vs Paris Saint Germain, Pemain Kunci Tidak Bisa Turun PSG Kualahan di Liga Champions

Kabarnya foto legendaris itu diambil saat Sean Connery  mengunjungi Israel pada tahun 1967 untuk mempromosikan sekuel film  James Bond – “You Only Live Twice.”

Tepatnya, setahun setelah IAF berhasil mendaratkan jet Soviet di Pangkalan Udara Hatzor di Israel tengah, pada 16 Agustus 1966, melalui seorang pilot Angkatan Udara pembelot dari Irak. 

Baca Juga: Resmi Ditandatangani, Kemenkop UKM Kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan Guna Lindungi Pekerja

Kisah itu bermula saat  MiG-21 jet tempur buatan Soviet itu diperkenalkan di Arab pada tahun 1960-an. Dan menjadi jet tempur paling modern di antara jet Soviet yang diterbangkan di Timur Tengah pada masa itu.

Tentu saja Israel sebagai negara minoritas di Timur Tengah merasa terancam dengan kehadiran MiG-21 jet tempur buatan Soviet. Apalagi jika pesawat tersebut lebih unggul daripada jet tempur Mirage III yang mereka gunakan.

Untuk memenangkan pertempuran, mereka membutuhkan banyak rincian mengenai pesawat itu. Sayangnya, Israel tidak bisa membeli MiG-21.

Baca Juga: Trump Sindir Joe Biden Unggul di Wisconsin dan Michigan: Ini Buruk Untuk Negara Kita

Israel Air Force atau Angakatan Udara Israel (IAF) pun minta bantuan intelejen Israel untuk membantu memecahkan masalah tersebut.

Pada tahun 1963, Mossad atau Badan Intelijen Nasional Israel, melakukan operasi untuk memperoleh jet Mikoyan-Gurevich MiG-21, dalam sebuah misi bernama  Operation Diamond.

Bak sebuah film, pencurian itu tak berjalan mulus. Sebelum sukses mengakuisisi jet tempur MiG-21, Mossad mengalami dua kali kegagalan.

Baca Juga: Beredar Kabar Pengecekan IMEI HP Dipantau Intel Kepolisian Negara? Lihat Faktanya di Sini

Upaya pertama dilakukan di Mesir ketika seorang pria bernama Adib Hanna merupakan pilot Angkatan Udara Mesir, ditawari hadiah uang tunai oleh agen Mossad Jean Thomas, untuk membelokkan dan menerbangkan pesawat ke MiG-21  itu ke Israel.

Namun, rencana agen Mossad itu diketahui oleh Mesir sehingga agen tersebut dihukum gantung oleh pihak Mesir.

Dalam upaya kedua, Mossad pun tak berhasil. Agen Mossad mendekati pilot Mesir lainnya. Kapten Mohammad Abbas Helmy.

Baca Juga: UPDATE Virus Corona 5 November 2020, Indonesia Peringkat 2 ASEAN

Ia setuju untuk membelot karena perselisihannya dengan atasannya. Namun, sebelum misi Mossad itu berjalan, Helmy keburu dibunuh di Amerika Selatan, beberapa bulan kemudian setelah kesepakatan dengan Mossad.

Mossad tak pernah kehilangan akal, dalam upaya ketiganya, Mossad akhirnya menemukan peruntungan. Yaitu pada tahun 1964 ketika seorang pria Irak, dengan nama sandi "Yusuf," menghubungi pihak Israel.

Yusuf memberi tahu mengenai pilot Angkatan Udara Irak yang seharusnya memulai pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Randolph di Texas.

Sean Connery bersama jenderal Israel Moti Hod berdiri membelakangi MiG-21.
Sean Connery bersama jenderal Israel Moti Hod berdiri membelakangi MiG-21. @IAFsite

Berdasar buku yang ditulis Bill Norton, Air War on the Edge, A History of the Israel Air Force and its aircraft since 1947, terbit tahun 2004, setelah mendapat informasi itu, Mossad mencari pilot yang bersedia membelot.

Seorang pilot Irak bernama Munir Redfa dikabarkan tidak puas karena latar belakang agama Kristen. Sehingga mustahil mendapat promosi dalam militer Irak.

Baca Juga: Netizen Ramai-ramai Sebut Pilpres Amerika 'Donald Trump dan Joe Biden' Mirip Politik Indonesia

Kabarnya, Redfa juga tidak senang saat dia dikirim dalam misi terbang melawan Kurdi Irak, kelompok etnis yang terpinggirkan di negara itu.

Untuk menjalankan misi tersebut, Mossad mengirim seorang agen wanita untuk menjalin hubungan dengan pilot tersebut dan kemudian mengundangnya untuk bertemu dengan delegasi tingkat tinggi Israel. 

Baca Juga: Merasa Putus Asa, Trump Klaim Adanya Penipuan di Pilpres AS: Memalukan Negara Kita

Dalam pertemuan itu pihak Israel mengintimidasi Redfa dengan menceritakan dua pilot Irak yang tewas. Sebelumnya dua pilot itu telah bernegoisasi dengan pihak Mossad namun tak berujung kesepakatan.

Salah satunya ditembak mati oleh agen Mossad di bar Texas setelah menolak tawaran untuk membelot.

Dan pilot kedua terlempar dari kereta karena menuntut imbalan yang berlebihan sebagai ganti pembelotannya.

Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka Bisa Mulai Dilakukan Untuk Wilayah Zona Kuning dan Zona Hijau

Pilot ketiga, Munir Redfa ditawari hadiah uang tunai dan kewarganegaraan Israel. Melihat, dua rekannya tewas, dia setuju untuk membelot.

Redfa kemudian diterbangkan untuk menemui Mayor Jenderal Mordechai “Mottie” Hod, komandan IAF untuk membahas strategi dan jalur penerbangan.

Di saat bersamaan, Mossad mengekstraksi keluarga Redfa dari Irak untuk menghindari kemungkinan pembalasan. 

Baca Juga: APBN 2021 Masih Difokuskan Untuk Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi

Jet tempur MiG-21 pun terbang  pada 16 Agustus 1966, Redfa menerbangkannya dari Pangkalan Udara Habbaniyah, sebelah barat Baghdad dan melewati Yordania, dan memasuki wilayah udara Israel di selatan Laut Mati untuk menghindari deteksi radar Yordania.

Setelah Radfa menyeberangi perbatasan Israel, pesawat Mig-21 dikawal dua Mirages III diterbangkan oleh dua pilot IAF Mayor Ran Peker, Komandan Skadron 119 dengan Letnan Kolonel Shamuel Shefer. Pesawat itu didaratkan ke daerah Hatzor.

Kemampuan MiG-21 kemudian dinilai sangat bagus oleh IAF dan jet tempur tersebut juga digunakan untuk simulasi perang sebelum Israel berperang dalam Perang Enam Hari dengan Arab.

Baca Juga: Seruan Boikot Produk Perancis, Tengku Zulkarnain: Jangan Dilihat Untung Ruginya

Segera pembelotan itu menjadi berita besar di dunia dan terlebih di Irak. Rusia pun menuntut kembalinya pesawat itu.

Akan tetapi, Israel menolak permintaan tersebut bahkan dengan santainya memberi nomor 007 ke pesawat MiG-21, merujuk film James Bond.  IAF merasa pencurian sukses itu mirip dengan aksi Agen 007 dalam film intelijen berjudul James Bond.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah