Para peserta mengikuti tes dua kali lagi dengan interval dua hingga tiga tahun.
Baca Juga: Denny Darko Sebut Kondisi Covid-19 Masih Memburuk hingga Seminggu ke Depan, Benarkah?
“Dengan melakukan studi observasional, kami dapat memodelkan lintasan 10 tahun perubahan kognitif sebagai hasilnya (bukan hanya satu titik dalam nilai waktu), serta merasakan seluruh diet yang dimakan peserta selama waktu itu,” kata Brandon Klinedinst, seorang mahasiswa PhD dalam ilmu saraf di Iowa State University dan salah satu peneliti utama studi tersebut.
Setelah memeriksa data, para peneliti menemukan bahwa konsumsi keju setiap hari dikaitkan dengan kinerja yang lebih baik pada tes kognitif.
Jenis pemikiran fleksibel ini kemampuan untuk mengambil informasi yang sudah Anda ketahui dan menggunakannya dengan cara lain, seperti mengerjakan teka-teki silang menjadi semakin sulit seiring bertambahnya usia, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi terkena Alzheimer.
Baca Juga: Harry Buka Puasa di EURO 2020, Inggris Melaju Perempat Final Usai Bungkam Jerman Dua Gol Tanpa Balas
“Keju sering identik dengan makan yang memanjakan karena kandungan lemak jenuhnya,” kata Auriel Willette, PhD, asisten profesor ilmu makanan dan nutrisi manusia di Iowa State University dan peneliti utama studi tersebut.
Domba