Mengejutkan, Pengamat Sebut Polemik Pemilu Amerika Bisa Jadi Celah China Rebut Pulau di Taiwan

- 5 November 2020, 19:21 WIB
Donald Trump dan Joe Biden.
Donald Trump dan Joe Biden. /

LINGKAR MADIUN – Donald Trump yang mengklaim kemenangan atas Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat tampak jadi pemicu awal polemik dari Pilpres di Amerika Serikat.

Menurut pengamat kebijakan luar negeri, James Palmer, jika polemik Pilpres yang mempertemukan Donald Trump dan Joe Biden berlarut-larut bisa mempengaruhi kebijakan luar negeri negara lain.

Baca Juga: Heboh 'Skenario Kiamat' Pasca Pilpres AS yang Ditakuti Warga Amerika, Berikut Faktanya

Baca Juga: Heboh Pasca Klaim Kemenangan, Netizen Sebut Trump Mirip Prabowo Versi AS

Termasuk bisa mempengaruhi rivalnya di Asia yaitu China. Namun menurut, James Palmer, Pilrpes Amerika Serikat tidak terlalu mempengaruhi China secara signifikan.

China tidak menunjukkan dukungan tertentu terhadap salah satu kandidat. Seperti dikutip dari Foreignpolicy, Palmer mengatakan baik para pemimpin dan masyarakat China tidak terganggu dengan siapa yang akan menang.

Baca Juga: Usai Pemilu AS, Indonesia Akan Diperebutkan Tiga Negara Ini

Hal itu, menurut Palmer, karena proyeksi masa depan Amerika Serikat sedang dalam degradasi. Sementara China sedang mengalami kemajuan di berbagai bidang.

Mesikpun demikian pihak berwenang China sangat berhati-hati mengenai liputan pemilu Amerika Serikat.

Baca Juga: Korea Utara Mulai Berlakukan Larangan Merokok di Tempat Publik, Begini Alasannya

Baik karena tidak nyaman meliput pemilu yang demokratis  atau karena takut komentar yang berlebihan bisa menunjukkan dukungan negara terhadap kandidat tertentu.

Menurut Palmer, bahaya sebenarnya justru ketika sengketa Pemilu Amerika Serikat berlarut-larut.

Baca Juga: Pilpres Amerika 2020, Trump Ajukan Gugatan, Pakar Hukum Ragu Pengadilan Akan Kabulkan Gugatan

Hal itu akan membuat  Beijing yakin jika masalah domestik mengalihkan perhatian Amerika Serikat dari masalah luar negeri. Sehingga China mendapat kesempatan melakukan kepentingannya di Asia tanpa ancaman dari luar.

“Saya tidak berpikir itu berarti, seperti yang dikhawatirkan beberapa orang , bahwa China akan menginvasi Taiwan, kemungkinan itu sangat kecil, bahkan nol,” kata Palmer dikutip dari Foreignpolicy, pada Kamis, 5 November 2020.

Baca Juga: Twitter Labeli Cuitan Trump Menyesatkan, Tuduhan Adanya ‘Pencurian’ Suara di Pilpes AS

“Tetapi tindakan yang lebih kecil dimungkinkan, seperti merebut pulau-pulau terpencil Taiwan atau agresi baru terhadap pesaing di Laut Cina Selatan,” tambah Palmer.

Diektahui, polemik Pilpres Amerika mulai terlihat ketika Donald Trump mengumumkan kemenangannya pada Rabu, 5 November 2020 dini hari.

Dalam pidatonya itu, Trump mengumumkan kemenangannya di sejumlah negara bagian, seperti Florida, Texas, Georgia, North Carolina dan Pennsylvania, dan meminta untuk menghentikan penghitungan suara pada Rabu dini hari.

Baca Juga: Inilah Hukuman Kang Ji Hwan Untuk Kasus Pelecehan Seksual

Padahal hasil akhir dari Pilres itu belum diumumkan secara resmi. Sontak klaim Trump itu ditanggapi pihak Biden sebagai upaya memberangus hak demokrasi.

Manajer kampanye Joe Biden, Jen O'Malley Dillon, menyebut pidato Trump keterlaluan dan tidak benar adanya.

Baca Juga: Sakit Sariawan! Berikut Adalah Solusi dan Tips Pencegahannya

"Pernyataan presiden malam ini tentang mencoba menghentikan perhitungan surat suara sangat keterlaluan, belum pernah terjadi sebelumnya, dan tidak benar," kata Dillon.

Baca Juga: Kalahkan Trump, Biden Pecahkan Rekor Suara Terbanyak di Pilpres AS

Sementara Biden sendiri mengatakan Biden mengatakan bahwa Pemilu itu bukan tempat dirinya atau Trump  untuk mengumumkan kemenangan. Melainkan itu hak dari para pemilih.

"Kami tahu ini akan berlangsung lama," kata Biden kepada para pemilih dalam pidatonya. “Kami merasa nyaman dengan keberadaan kami dan, kami benar-benar melakukannya. ” ***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: The Diplomat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah