Baca Juga: Korea Utara Mulai Berlakukan Larangan Merokok di Tempat Publik, Begini Alasannya
Baik karena tidak nyaman meliput pemilu yang demokratis atau karena takut komentar yang berlebihan bisa menunjukkan dukungan negara terhadap kandidat tertentu.
Menurut Palmer, bahaya sebenarnya justru ketika sengketa Pemilu Amerika Serikat berlarut-larut.
Baca Juga: Pilpres Amerika 2020, Trump Ajukan Gugatan, Pakar Hukum Ragu Pengadilan Akan Kabulkan Gugatan
Hal itu akan membuat Beijing yakin jika masalah domestik mengalihkan perhatian Amerika Serikat dari masalah luar negeri. Sehingga China mendapat kesempatan melakukan kepentingannya di Asia tanpa ancaman dari luar.
“Saya tidak berpikir itu berarti, seperti yang dikhawatirkan beberapa orang , bahwa China akan menginvasi Taiwan, kemungkinan itu sangat kecil, bahkan nol,” kata Palmer dikutip dari Foreignpolicy, pada Kamis, 5 November 2020.
Baca Juga: Twitter Labeli Cuitan Trump Menyesatkan, Tuduhan Adanya ‘Pencurian’ Suara di Pilpes AS
“Tetapi tindakan yang lebih kecil dimungkinkan, seperti merebut pulau-pulau terpencil Taiwan atau agresi baru terhadap pesaing di Laut Cina Selatan,” tambah Palmer.
Diektahui, polemik Pilpres Amerika mulai terlihat ketika Donald Trump mengumumkan kemenangannya pada Rabu, 5 November 2020 dini hari.
Dalam pidatonya itu, Trump mengumumkan kemenangannya di sejumlah negara bagian, seperti Florida, Texas, Georgia, North Carolina dan Pennsylvania, dan meminta untuk menghentikan penghitungan suara pada Rabu dini hari.